Postingan

Berpakaian panjang bagi wanita muslimah.

Pernah melihat muslimah yang berpakaian panjang hingga menyapu jalanan? Ada yang bilang itu akan menjadi najis dan tidak sah shalatnya. Ada juga yang bilang itu sunnah. Lantas Mana yang Benar? Berikut Penjelasanya! Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan mengenai bagian bawah pakaian,  عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا ذَكَرَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذُيُولَ النِّسَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرْخِينَ شِبْرًا قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ إِذًا يَنْكَشِفَ عَنْهَا قَالَ تُرْخِي ذِرَاعًا لَا تَزِيدُ عَلَيْهِ Dari Ummu Salamah, bahwasanya ia pernah menanyakan tentang kain wanita kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mereka boleh memanjangkannya satu jengkal." Ummu Salamah berkata, "Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!? Beliau menjawab: "Silahkan engkau panjangkan satu hasta dan jangan lebih." (HR. An Nasa’i No

Makna Kullu Menurut Para Ulama.

Makna Kullu Menurut Para Ulama. Lafadz kullu selalu menjadi perbincangan menarik di kalangan umat Islam Indonesia bak seorang selebriti, itu lantaran penafsiran lafadz kullu dalam sebuah hadits Nabi menjadi titik krusial dalam menilai sebagian amalan-amalan umat Islam Indonesia, apakah amalan-amalan tersebut masuk kategori sesat atau tidak. Nabi Muhammad ﷺ bersabda dalam muqodimah khutbahnya: فإن خير الحديث كتاب الله، وخير الهدى هدى محمد، وشر الأمور محدثاتها، و"كل" بدعة ضلالة “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru, dan setiap bid’ah (hal baru) adalah sesat” (HR. Muslim) Juga dalam riwayat lain: وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار “Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru, dan setiap bid’ah (hal baru) adalah sesat, dan setiap kesesatan akan masuk neraka” (HR. An Nasa’i) Memahami hadits butuh ilmu.   Untuk memahami kandunga

Sanad Mushafahah (Bersalaman) dan Tasybik.

Sanad Mushafahah (Bersalaman) dan Tasybik. Mengucapkan salam dan bersalaman bagian dari syiar agama Islam dan perbuatan mulia di mana keduanya merupakan ungkapan rasa cinta dan kasih sayang antara orang yang bertemu dan bersalaman. Mushafahah (bersalaman) sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan besar baik saat kita bertemu dan berpisah dengan saudara atau kawan kita. Diriwayatkan dalam sebuah hadist; كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلاَقَوْا تَصَافَحُوْا وَإِذَا قَدِمُوْا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوْا Seringkali shahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mereka bertemu, mereka saling berjabat tangan dan apabila kembali dari perjalanan mereka saling berangkulan. Diantara fadhilah bersalaman adalah menjadi penyebab terhapusnya dosa, sebagaimana dalam hadits : عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا D

Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah (Hadits 51-100)

Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah (Hadits 51-100).  Hadits 51.  إذا آتاك الله مالا فلير أثر نعمة الله عليك وكرامته. رواه الحاكم عن والد أبى الأحواص Apabila Allah memberi engkau harta-benda, maka perlihatkanlah bekas kurnia (anugerah) Allah atas engkau dan kemuliaanNya itu. (HR. Al Hakim, Dari Walid Abil Ahwash ra.) Penjelasan :  Apabila seseorang memperoleh harta-benda, maka tampakkanlah ni'mat Allah dan anugerahNya itu dengan menggunakannya ke jalan yang diridhoiNya, seperti untuk membantu majelis Ta’lim, pembangunan Masjid, Ponpes, membantu anak yatim, faqir miskin, dll. (Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 9, Penerbit Al Haromain) Hadits 52.  إذا أتيتم الصلاة فعليكم السكينة، فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا. رواه الشيخان Apabila kamu sekalian berangkat untuk melakukan shalat berlaku tenanglah (jangan terburu-buru), apa yang kamu jumpai (pada sang Imam) shalatlah (bersamanya) dan apa yang telah terlewat sempur nakanlah. (H

Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah (Hadits 1-50)

Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah (Hadits 1-50).  Hadits 1. آتي باب الجنة يوم القيامة فأستفتح فيقول الخازن: من أنت؟ فأقول: محمد فيقول: بك أمرت أن لا أفتح لأحد قبلك. رواه أحمد عن أنس Aku (Nabi) datang pada pintu surga di hari kiamat, lalu aku minta di bukakan pintu itu, maka berkata penjaganya : Siapakah engkau ini ? Maka aku berkata : Muhammad. Maka berkata orang yang menjaga pintu : Aku diperintah bahwa jangan membuka pintu surga bagi seorangpun sebelum engkau. (HR. Ahmad, Dari Anas ra.)  Penjelasan :  Pintu surga tidak akan dibukakan bagi seorangpun sebelum Nabi Muhammad SAW., dan di waktu Nabi Muhammad telah datang ke pintu surga, barulah pintu itu dibukakan oleh yang menjaganya (Malaikat Ridhwan).  Demikianlah perintah Allah SWT. Kepada penjaga surga dan Nabi Muhammad SAW. lah yang mula-mula memasukinya.  (Kitab Mukhtarul Ahadits Nabawiyyah - As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Bab Huruf Hamzah, Halaman 3, Penerbit Al Haromain) Hadits 2. ائت المعروف ,واجتنب المنكر . وانظر مايعجب أذنك أ