Sanad Musalsal Tasbeh.
Sanad Musalsal Tasbeh.
Menggunakan Subhah (tasbih) untuk
menghitung dzikir, bukan termasuk Bid’ah Dhalalah (sesat). Ditemukannya banyak
hadits mengenai penggunaan tasbeh sejak generasi terbaik dalam islam menjadi
dalil yang zhohir disyariatkannya penggunaan tasbeh untuk berdzikir dan
sekaligus sebagai tamparan pendapat yang mengatakan bahwa menggunakan tasbeh
itu haram dan menyerupai kerjaan yang dilakukan oleh non muslim dari kalangan
para biksu dan pendeta.
Seandainya pun memang para biksu
menggunakan tasbeh yang mereka sebut Japamala dan pendeta menggunakan tasbeh
yang dinamai Rosario dari bentuk dan bahan yang memang serupa, bukan berarti
ajaran Islam nyangkok dari Hindu, Budha atau Nashrani. Lantaran tasbeh hanya
sebuah media bukan subtansi ibadah. Keserupaan pada penggunaan media dalam
beribadah boleh-boleh aja. Tidak semua perbuatan menyerupai kerjaan orang non
muslim itu haram selama keserupaan tersebut dalam hal media. Orang Yahudi dan
Nashrani pergi haji ke kota suci mereka “Baitul Lahm” di Yerusalem, dengan
menggunakan pesawat sebagai wasilah yang menyampaikan mereka ke sana, orang
Islam pergi haji ke kota Makkah juga menggunakan pesawat. Sama juga ente sholat
pake pakaian bikinan orang kafir, boleh-boleh aja karena sejatinya itu hanya
media bukan subtansi ibadah. Orang Islam menggunakan Tasbeh yang dibaca
Istighfar, Shalawat, La Ilaha Ilallah, subhanallah dan lain-lain tentunya
berbeda yang dibaca oleh biksu, pendeta dan ahli-uka-uka walaupun sama-sama
muter-muter tasbeh.
As-Sayyid ‘Abdullah Bin
Muhammad as-Shiddiq al-Ghumariy al-idrisiy al-Hasaniy dalam kitabnya Itqan
ash-Shan’ah Fi Tahqiq Ma’na al-Bid’ah halaman: 45, mengatakan:
وَالسُّبْحَةُ تَضْبِطُ الأَعْدَادَ الْمَأْثُوْرَةَ، وَلِلْوَسَائِلِ حُكْمُ الْمَقَاصِدِ فَالسُّبْحَةُ مَشْرُوْعَةٌ.
“Tasbih bisa menghitung jumlah-jumlah
dzikir yang dianjurkan dalam sunnah. Dan karena alat-alat untuk ibadah memiliki
hukum yang sama dengan tujuannya itu sendiri; yaitu ibadah, maka berarti tasbih
juga disyari’atkan (Artinya, karena dzikir disyari’atkan maka alat untuk
berdzikir-pun disyari’atkan)”.
Imam Ahmad Bi Baba Alawiy as-Syinqithiy salah seorang ulama beken pembesar Thariqah Tijaniyah mengatakan dalam nazham Munyatil Murid;
واتخذ السبحة للاعانة ** وعمل الامام ذي الديانة
Gunakan tasbeh agar dapat membantu akurasi
bilangan yang dihitung, dan menjadi rutinitas ulama besar yang menjadi tokoh
agama (imam Junaid al-Baghdadiy)."
Di antara hadits-hadits yang dijadikan dalil menggunakan tasbeh sebagai berikut:
Di antara hadits-hadits yang dijadikan dalil menggunakan tasbeh sebagai berikut:
Pertama: Hadits Shafiyah (isteri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam):
عَنْ كِنَانَةَ مَوْلَى صَفِيَّةَ
قَال سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تَقُولُ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ يَدَيَّ أَرْبَعَةُ آلَافِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا
فَقَالَ لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذِهِ أَلَا أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ
بِهِ فَقُلْتُ بَلَى عَلِّمْنِي فَقَالَ قُولِي سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ
.
“Dari Kinanah budak Shafiyah berkata, saya
mendengar Shafiyah berkata: Rasulullah pernah menemuiku dan di tanganku ada
empat ribu nawat (bijian korma) yang aku pakai untuk menghitung dzikirku. Aku
berkata,”Aku telah bertasbih dengan ini.” Rasulullah bersabda,”Maukah aku ajari
engkau (dengan) yang lebih baik dari pada yang engkau pakai bertasbih?” Saya
menjawab,”Ajarilah aku,” maka Rasulullah bersabda,”Ucapkanlah :
سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ. (Maha Suci Allah sejumlah apa yang diciptakan oleh Allah dari sesuatu).” [Riwayat Imam Tirmidzi]
سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ. (Maha Suci Allah sejumlah apa yang diciptakan oleh Allah dari sesuatu).” [Riwayat Imam Tirmidzi]
Kedua : Hadits yang diriwayatkan
oleh Sa’ad bin Abi Waqqash:
أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوًى أَوْ
قَالَ حَصًى تُسَبِّحُ بِهِ فَقَالَ أَلَا أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُ
عَلَيْكِ مِنْ هَذَا أَوْ أَفْضَلُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي
السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الْأَرْضِ وَسُبْحَانَ
اللَّهِ عَدَدَ مَا بَيْنَ ذَلِكَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ
وَاللَّهُ أَكْبَرُ مِثْلَ ذَلِكَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَلَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ مِثْلَ ذَلِكَ .
“Dia (Sa’ad bin Abi Waqqash) bersama
Rasulullah menemui seorang wanita dan di tangan wanita tersebut ada bijian atau
kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih (dzikir). Rasulullah
bersabda,”Maukah kuberitahu engkau dengan yang lebih mudah dan lebih afdhal bagimu
dari pada ini? (Ucapkanlah): Maha Suci Allah sejumlah ciptaanNya di langit,
Maha Suci Allah sejumlah ciptaanNya di bumi, Maha Suci Allah sejumlah
ciptaanNya diantara keduanya, Maha Suci Allah sejumlah ciptaanNya sejumlah yang
Dia menciptanya, dan ucapan: اللَّهُ أَكْبَرُ seperti
itu, َالْحَمْدُ لِلَّهِ seperti
itu, dan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللَّهِseperti itu.” [Riwayat Imam Abu Daud]
Ketiga : Hadits Abu Hurairah, ia
berkata:
كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُسَبِّحُ بِالْحَصَى
“Rasulullah sering kali bertasbih dengan
menggunakan kerikil.” [Riwayat Abul Qasim al-Jurjaniy]
Keempat: Hadits Abu Hurairah
diriwayatkan oleh Naim Bin al-Muharrar:
«أَنَّهُ كَانَ
لَهُ خَيْطٌ فِيهِ أَلْفَا عُقْدَةٍ، فَلَا يَنَامُ حَتَّى يُسَبِّحَ بِهِ»
Artinya: Abu Hurairah memiliki
benang (tasbeh) yang terdiri dari 1000 ikatan, beliau tidak pernah tidur
sebelum menggunakannya untuk bertasbih.” (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul
Auliya).
Dari iqrar Rasulullah
shallalllahu alaihi wa sallam berdasarkan hadits di atas dan adanya perbuatan
yang dilakukan oleh para shahabat beliau dapat dijadikan argumen bahwa
bertasbih dengan kerikil atau biji-bijian ada keutamaan atau faedah pahalanya.
Karena seandainya tidak ada keutamaannya, berarti Rasulullah menyetujui ibadah
yang sia-sia, yang tidak berpahala, dan jelas hal ini tidak mungkin terjadi.
Rasulullah tidak akan mendiamkan sesuatu yang tidak ada gunanya.
Syekh Mulla ‘Ali al-Qari ketika
menjelaskan hadits Sa’d ibn Abi Waqqash di atas, dalam kitab Mirqat al-Mafatih Syarh
al-Misykat al-Mashabih jilid 3 halaman: 54, menuliskan sebagai berikut:
وَهذَا أَصْلٌ صَحِيْحٌ لِتَجْوِيْزِ
السُّبْحَةِ بِتَقْرِيْرِهِ صَلّى اللهُ عَليْهِ وَسَلّمَ فَإِنَّهُ فِيْ
مَعْنَاهَا، إِذْ لاَ فَرْقَ بَيْنَ الْمَنْظُوْمَةِ وَالْمَنْثُوْرَةِ فِيْمَا
يُعَدُّ بِهِ.
“Ini adalah dasar yang shahih untuk
membolehkan penggunaan tasbih, karena tasbih ini semakna dengan biji-bijian dan
kerikil tersebut. Karena tidak ada bedanya antara yang tersusun rapi (diuntai
dengan tali) atau yang terpencar (tidak teruntai) bahwa setiap itu semua adalah
alat untuk menghitung dzikir”.
Adapun dalil yang selama ini
digunakan oleh kelompok orang yang melarang menggunakan Tasbeh adalah sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada wanita yang bernama Yusairah:
عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيْحِ
وَالتَّهْلِيْلِ وَالتَّقْدِيْسِ، وَلاَ تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ،
وَاعْقِدْنَ بِالأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُوْلاَتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ (أخرجه ابن
أبي شيبة وأبو داود والترمذيّ)
“Bacalah oleh kalian Tasbih, Tahlil
dan Taqdis, dan jangan lupa memohon rahmat Allah, dan hitunglah dengan
jari-jari tangan karena nanti di akhirat jari-jari tersebut akan ditanya dan
nantinya akan berbicara dan menjawab”. (HR. Ibn Abi Syaibah, Abu Dawud dan
at-Tirmidzi).
Imam Muhammad Bin Ali as-Syaukaniy (wafat tahun 1250 Hijriyah) rahimahullah menyebutkan dalam kitab Nailul Author Syrh Muntaqal Akhbar jilid 2 halaman 366:
أن الأنامل مسئولات مستنطقات يعني
أنهن يشهدن بذلك فكان عقدهن بالتسبيح من هذه الحيثية أولى من السبحة والحصى .
والحديثان الآخران يدلان على جواز عد التسبيح بالنوى والحصى وكذا بالسبحة لعدم
الفارق لتقريره صلى اللَّه عليه وآله وسلم للمرأتين على ذلك . وعدم إنكاره
والإرشاد إلى ما هو أفضل لا ينافي الجواز
“Sesungguhnya ujung jari jemari akan
ditanyakan dan diajak bicara, yakni mereka akan menjadi saksi hal itu. Maka,
menghimpun (menghitung) tasbih dengan jari adalah lebih utama dibanding dengan
untaian biji tasbih dan kerikil. Dua hadits yang lainnya, menunjukkan bolehnya
menghitung tasbih dengan biji, kerikil, dan juga dengan untaian biji tasbih
karena tidak ada bedanya, dan ini perbuatan yang ditaqrirkan
(didiamkan/disetujui) oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap
dua wanita tersebut atas perbuatan itu. Dan, hal yang menunjukkan dan
mengarahkan kepada hukum yang lebih utama tidak berarti menghilangkan hukum
boleh.”
Imam Bisyriy al-Hafiy melihat sebuah
Tasbeh di tangan gurunya bernama Umar al-Makkiy dan ia bertanya tentang tasbeh
itu. Umar al-Makkiy menjawab: Aku melihat Imam Hasan al-Bashriy memegang tasbeh,
ketika itu aku bertanya: “Wahai guru, pangkatmu yang begitu besar dan ibadahmu
yang begitu bagus, mengapa sampai sekarang kau masih menggunakan tasbeh? Imam
Hasan al-Bashri menjawab:
هَذَا شَيْء كُنَّا استعملناه فِي
البدايات، مَا كُنَّا لنتركه فِي النهايات، أنا أحب أَن أذكر اللَّه بقلبي ولساني
ويدي .
Dengan tasbeh ini kami gunakan saat
awal-awal menempuh jalan Allah, tidak akan kami tinggalkan walaupun sudah
sampai finish lantaran aku sangat senang melakukan kolaburasi saat berdzikir
kepada Allah dengan hati, lisan dan tanganku.
Begitulah akhlaq dan adab para shufi
dalam beribadah kepada Allah, di mana mereka menghendaki aktifitas zhahir batin
mereka adalah dzikrullah (mengingat Allah). Bukan sekedar hati dan lisan tetapi
juga tangan mereka ikut serta ambil bagian beribadah.
Sebagaimana pelaku ma’shiyat saat
melakukan perbuatan dosa, mereka ingin merasakan kelezatan dan puncak
keni’matan yang sempurna mereka. Tahukah anda, mengapa para peminum khomar
sebelum mengkonsumsi minuman mereka sering melakukan tos (mengadu gelas-gelas
mereka satu sama lain)? Karena keni’matan khomar yang mereka minum bakal
dirasakan oleh seluruh anggota tubuh mereka kecuali telinga. Saat gelas-gelas
yang mereka pegang sebelum minum khamar mereka adu satu sama lain di situlah
mereka telah memasukan kelezatan pada telinga mereka sehingga sudah tidak ada
lagi anggota tubuh melainkan semua kebagian keni’matannya.
Dari keterangan di atas sangat jelas
bahwa pendapat yang mengharamkan menggunakan Tasbeh untuk berdzikir atau berdizkir
dengan tasbeh itu perbuatan sesat cangkokan dari ajaran Hindu dan Budha adalah
suatu tuduhan yang sangat batil. Pernyataan tersebut merupakan jargon kelompok
ekstrim dari kalangan orang bodoh yang datang belakangan dan bertolak belakang
dengan ajaran para ulama salafus shalih.
Untuk mengetahui dalil secara
komprehensif tentang disyariatkannya menggunakan Tasbeh dalam berdizkir,
silahkan anda membaca kitab : al-Minhah Fi as-Subhah (Anugrah dalam
membicarakan hukum Subhah). Di dalamnya juga disebutkan tokoh_tokoh ahli shufi
yang menggunakan tasbeh di antarnya Imam Junaid al-Baghdadiy, Abu Muslim
al-Khaulaniy, imam Hasan al_Bashriy dan lain-lain. Sebagaimana diketahui bahwa
imam Hasan al-Bashriy radhiyallahu anhu menjadi salah satu ulama terbaik di
kalangan tabiin yang sempat bertemu dan belajar kepada beberapa orang dari
sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan beliau meriwayatkan
khirqah (selendang yang dipakai kaum shufi) dan subhah (tasbeh) dari Sayyidina
Ali Bin Abi Thalib Karramallahu wajhah.
Imam al-Ghazaliy radhiyallahu anhu
mengatakan dalam kitab al-Munqidz Minad Dhalal:
أن الصوفية هم السالكون لطريق الله
خاصة وأن سيرتهم أحسن السير وأن أخلاقهم أزكى الأخلاق فإن جميع حركاتهم وسكناتهم
في ظاهرهم وباطنهم مقتبسة من نور مشكاة النبوة وليس وراء نور النبوة نور يستضاء به
على وجه الارض.
Sesungguhnya kaum shufi adalah para
penempuh jalan Allah Taala sejati, perjalanan hidup mereka menjadi sejarah
terbaik, akhlaq mereka adalalah perangai terpilih. Seluruh gerak dan diam
mereka zhohir batin merupakan aflikasi dari cahaya lentera kenabian lantaran
tidak akan ditemukan di muka bumi ini cahaya yang bersinar menjadi petunjuk
selain dari cahaya petunjuk Nabi.
Dengan tumpukan dalil shahih yang dikemukakan oleh para ulama, menggunakan Tasbeh untuk berdizkir memiliki keutamaan yang besar sehingga para ahli ma’rifah menyatakan:
Dengan tumpukan dalil shahih yang dikemukakan oleh para ulama, menggunakan Tasbeh untuk berdizkir memiliki keutamaan yang besar sehingga para ahli ma’rifah menyatakan:
لا تتركن سبحة نالت بها أمم * من
المريدين أسرارا وأنوارا
ذاقت بها بعدما جدت مذاق رضى * حتى علت فوق ذاك
النجم مقدارا
فمن بها كان مشغولا على أدب * لا ريب
يجني من الخيرات أثمارا
Artinya: Jangan kau pernah kau
tinggal tasbeh, banyak para penempuh jalan Allah yang mendapat asrar (rahasia)
dan cahaya dengan sering membawa tasbeh. Mereka merasakan sinyalemen keridhaan
Allah dengan selalu menggunakan tasbeh hingga meraih derajat tinggi bagai bintang
di langit. Siapa saja dirinya disibukan menjalankan adab saat menggunakan
tasbeh tidak diragukan lagi ia akan memetik buah matang dari berbagai macam
kebaikan.
Subhah atau Tasbeh merupakan
perhiasan orang berdzikir, tadzkirah (pengingat) orang lalai, syiar para ahli
shufi dan ahli ma’rifah, mengunggah keridhaan Allah. Cukup kemuliaan bagi para
pecinta Subhah (tasbeh) bahwa sanya kata Subhah menjadi isytiqaq (pecahan) dari
kata Tasbih yang berarti Tanzih (mensucikan Allah).
Jangan pernah membawa Tasbeh ke
dalam kamar mandi atau toilet dan meletakannya pada tempat-tempat yang
menghinakan seperti di dalam jok motor atau sebagainya.
Guru kami, Syekh Muhammad Arabiy Bin
al-Mahdiy Ighider al-Maghribiy hafizhahullah marah besar bila melihat ada
seseorang melempar tasbeh atau meletakan tasbeh di lantai sejajar dengan
telapak kaki. Bila melihat demikian beliau langsung buru-buru mengangkatnya dan
merah muka beliau menasehati orang tersebut agar jangan lagi-lagi melakukannya
saraya berkata: "Tasbeh itu adalah hablul wushul (tali yang menyampaikan
kepada keridhaan Allah), melempar tasbeh ke bawah tempat sejajar dengan kaki
termasuk ihanah (penghinaan) terhadap sesuatu yang dimuliakan."
Sedangkan bahan yang sangat bagus dijadikan Tasbeh di antaranya: Marjan, Oud Shalib, Yuser, Unnab, Kayu Zaitun, Batu Yaqut, Kauka, Batok Kelapa, Tulang Ikan Marlin, Gahru, Cendana, Kantil layu (orang Betawi menyebutnya Itil Layu) dan lain-lain. Untuk Kayu Unnab menjadi siar dzikir para ulama wilayah Afrika khususnya Maroko, mesir dan Tunisia. Disebutkan dalam kitab as-Subhah Wa Masyruiyyatuha:
من أراد
الفتح فعليه بالعناب ومن أراد الغنا فعليه باليسر
Artinya; Siapa yang ingin cepat
mendapatkan Futuh hendaknya berdzikir dengan menggunakan Tasbeh Unnab. Bila
ingin menjadi orang kaya gunakan Tasbeh Yuser.”
Sampai Sayidi Syekh Ahmad Bin Muhammad at-Tijaniy Radhiyallahu Anhu menggunaka Tasbih dari jenis Yuser dan Unnab yang memang menjadi kebanggan para penempuh jalan Allah Taala di kalangan wali-wali Quthb.
Perlu diketahui, yang penting adalah istiqomah dzikirnya yang dapat menyebabkan wushul bukan dari macem tasbehnya. Terlebih lagi zaman sekarang banyak penjual Marjan palsu, yuser odong-odong, oud sholib imitasi, Unnab bajakan, Yaqut sintetis dan sebagainya.
Banyak beredar marjan di Indonesia,
penjualnya menyebut dengan istilah Redcolar, padahal itu bukan marjan tetapi
karang bata. Karang bata dan marjan sama-masa disebut tumbuhan dasar laut yang
menjadi batu, akan tetapi perbedaan keduanya sangat berbeda. Marjan yang asli
bila dibelah atau dipotong bagian dalamnya berwarna putih berserat tajam keras,
tetapi bila disiram dengan air akan merah kembali. Adapun marjan palsu yang
disebut karang bata, bila dibelah dalamnya masih merah dan getas (murag atau
gempur kata orang Betawi). Sedangkan Yuser asli adalah yang tumbuh di dasar
laut Merah, yang banyak beredar adalah jenis bahar biasa.
Pedagang hanya ingin barangnya laris
dan untung besar, hingga ia menyebutkan fadhilah-fadhilah bahan tasbeh yang ia
jual. Padahal yang ia jual bukan asli, seandainya aslipun untuk mendapatkan
asrar dari macam-macam tasbeh kudu ada ijazah khusus dan cara khusus untuk
membuatnya. Imam Daud al-Anthakiy menyebutkan banyak keutamaan Oud Sholib dalam
kitab Tadzkirah ulil al-Bab, dan beliau meneliti Oud sholib dikatakan manjur
punya khasiat yang disebutkan dengan syarat bahwa memetik batang kayu oud
sholib tidak boleh menggunakan benda tajam, bila dipotong dengan benda tajam
maka seluruh khasiatnya akan hilang.
Lebih baik berdizkir dengan memakai
tasbeh yang terbuat dari biji salak atau biji klengkeng tetapi asli dari pada
marjan, yuser, unnab palsu. Punya uang asli 100 ribu asli, lebih bahagia dari
pada punya uang jutaan uang monopoli atau duit doraemon. Punya duit sejuta dua
juta hasil keringat sendiri dari kerjaan yang halal menjadikan anda mulia,
tetapi punya duit milyaran dari kanjeng dimas taat pribadi al-kibuli jadi
kehinaan dunia akherat.
Adapun jalur transmisi yang disebut
dengan Musalsal Bi Munawalah Subhah (Sanad menggunakan Tasbeh) alfaqir (Habib Muhammad
Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) riwayatkan ijazahnya sanadnya sebagai berikut:
قال الحبيب
محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس وقال الحاج رزقي ذو القرنين البتاوي
ناولني فضيلة الدكتور يوسف عبد الرحمن المرعشلي، وكياهي عبد الرزاق امام خليل
الجاوي، وكياهي أحمد مروزي البتاوي سبحتهم قالوا ناولني شيخنا العلامة المسند
الشيخ محمد ياسين الفاداني قال أخبرنا الشيخ محمد علي ين حسين المالكي
وناولني سبحته ورأيتها بيده قال أخبرني أبي الشيخ حسين بن ابراهيم الأزهري المالكي
وناولني سبحته ورأيتها بيده، قال أخبرني شيخي عثمان بن حسن الدمياطي وناولني سبحته
ورأيتها بيده قال أخبرني محمد الأمير الكبير وناولني سبحته ورأيتها بيده قال حدثنا
شهاب الدين أحمد الجوهري الكبير وناولني سبحته ورأيتها بيده قال حدثنا الشَّيْخ
عَبْد اللَّهِ بْن سالم الْبَصْرِيّ الْمَكِّيّ ، ورأيت فِي يده سبحة ، قَالَ :
ناولني الْعَلامَة الشَّيْخ مُحَمَّد بْن سُلَيْمَان الْمَغْرِبِيّ ، قَالَ :
نالوني شيخنا أَبُو عُثْمَانَ الْمُقْرِي ، رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى ، السبحة
المباركة بَعْد أَن رأيتها فِي يده ، أَخْبَرَنَا سيدي أَحْمَد حجي ، وَفِي يده
سبحة ، أَخْبَرَنَا سيدي إِبْرَاهِيم التازي ، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِي الفتح
المراغي ، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِي الْعَبَّاس أَحْمَد بْن أَبِي بَكْر الرداد
، وَفِي يده سبحة ، عَن مجد الدين مُحَمَّد بْن يَعْقُوب بْن مُحَمَّدٍ
الفيروزآبادي اللغوي ، وَفِي يده سبحة ، عَن جَمَال الدِّينِ يُوسُف بْن مُحَمَّدٍ
القرمزي ، وَفِي يده سبحة ، عَن تَقِيِّ الدِّينِ بْن أَبِي الثناء محمود بْن
عَليّ ، وَفِي يده سبحة ، عَن مجد الدين عَبْد الصمد ابْن أَبِي الجيش الْمُقْرِي
، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِيهِ ، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِي الْفَضْلِ مُحَمَّد
بْن الناصر ، وَفِي يده سبحة ، عَن مُحَمَّد بْن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَحْمَدَ
السمرقندي ، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِي بَكْر مُحَمَّد بْن عَلِيٍّ السلامي
الحداد ، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِي نصر عَبْد الْوَهَّابِ بْن عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرو ، وَفِي يده سبحة ، عَن أَبِي الْحَسَن الْقَاسِم الصُّوفِيّ ، وَفِي
يده سبحة ، قَالَ : سمعت أَبَا الْحَسَنِ الملاكي ، وَقَدْ رَأَيْته وَفِي يده
سبحة ، فَقُلْتُ : يا أستاذ ، وأنت إِلَى الآن مَعَ السبحة ؟ ، يَقُول : كَذَا
رأيت أستاذي الْجُنَيْد وَفِي يده سبحة ، فَقُلْتُ : يا أستاذ ، وإلى الآن مَعَ
السبحة ؟ ، قَالَ : كَذَا رأيت أستاذي سري بْن مغلس السَّقَطِيّ وَفِي يده سبحة ،
فَقُلْتُ : يا أستاذ ، وأنت إِلَى الآن مَعَ السبحة ؟ ، قَالَ : كَذَا رأيت أستاذي
مَعْرُوف الْكَرْخِي وَفِي يده سبحة ، فسألته عما سألتني عَنْهُ ، فَقَالَ : كَذَا
رأيت أستاذي بشرا الحافي وَفِي يده سبحة ، فسألته عما سألتني عَنْهُ ، فَقَالَ :
رأيت أستاذ عمرا الْمَكِّيّ وَفِي يده سبحة ، فسألته عما سألتني عَنْهُ ، فَقَالَ
: رأيت أستاذ الْحَسَن الْبَصْرِيّ وَفِي يده سبحة ، فَقُلْتُ : يا أستاذي ، مَعَ
عظم شأنك ، وحسن عبادتك ، وأنت إِلَى الآن مَعَ السبحة ؟ ، فَقَالَ : هَذَا شَيْء
كُنَّا استعملناه فِي البدايات ، مَا كُنَّا لنتركه فِي النهايات ، أنا أحب أَن
أذكر اللَّه بقلبي ولساني ويدي
Imam Ibn Abu Thayyib mengutip pendapat Abul Abbas ar-Raddad yang mengatakan: Telah jelas dari ucapan Imam Hasan al-Bashriy radhiyallahu anhu bahwa menggunakan Tasbeh sudah ada di zaman para shahabat Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana di ketahui tanpa ada yang meragukan Kridebelitas Imam Hasan Bashriy yang merupakan seorang Tabiin yang bertemu banyak para shahabat. Beliau dilahirkan saat Sayyidina Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu 2 tahun menjadi khalifah. Sanad Khirqah, Subhah beliau dapatkan dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu.
Berdzikir dengan menggunaka Subhah memiliki multi fungsi, selain dijadikan pengingat berdzikir dengan jumlah yang tepat juga sebagai terapi dengan senam jari. Memutar tasbeh dengan Jempol (ibu Jari) memiliki manfaat besar, karena menjadi titik refleksi yang berhubungan dengan paru-paru dan saluran pernafasan. Bila dipijat terasa sakit berarti si penderita terkena flu, asma, infeksi saluran dan lain-lain. Bila ibu jari kanan yang sakit, berarti organ pernafasan yang kanan sedang sakit. Begitu pula sebaliknya.
Betapa Indahnya berdzikir dengan Tasbeh, seorang penyair mengatakan dalam gubahan syairnya:
وسبحة أناملي قد شغفت بحبها ** مثل
مناقير غدت ملتقطات حبها
Tasbeh yang aku puter dengan
jari-jariku telah membuat aku jatuh cinta. Jari-jari tersebut bagai cocot
(paruh) burung yang sedang mematuk biji-bijian.
Suatu ketika as-Sayyid Ahmad bin Ali
Bahr al-Qadimi jumpa dengan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam
keadaan terjaga. Ia berkata kepada Nabi.: “Wahai Rasulullah, aku ingin
mendengar hadits darimu secara langsung tanpa perantara.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menjawab: “Aku akan memberikan kepadamu 3 hadits:
Pertama: "Selama bau biji kopi
Bun masih tercium aromanya di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat
akan beristighfar (memintakan ampun) untuknya."
Kedua: “Siapa saja yang membawa
Subhah (tasbeh) dia akan dicatat sebagai orang yang berdzikir baik ia sedang
gunakan berdzikir atau tidak."
Ketiga: "Siapa saja yang
menziarahi seorang wali baik yang masih hidup atau yang telah wafat, maka
dirinya mendapat keutamaan pahala orang yang beribadah di setiap sudut bumi
sampai dirinya terpotong-potong."
Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin
Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan sanad musalsal tasbih untuk siapa saja yang mau
mengambil sanad tersebut melalui jalur alfaqir, katakan qobiltu bila ingin
mengambilnya agar menyambungkan sanad tersebut secara batin.
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar
Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
Penulis ulang dan pemberi ijazah : Muhammad
Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.
محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس
Qobiltu ijazah
BalasHapusQobiltu
BalasHapusQobiltu Ijazah Habib...
BalasHapusQobiltu ijazah ya habibana
BalasHapusQobiltu ijazah
BalasHapusQobiltu ijazah ya habib
BalasHapusQobiltu ijazah habibana
BalasHapusQobiltu tuan guru
BalasHapusQabiltu Ijazah...Sukran bib
BalasHapusQobiltu
BalasHapusQobiltu Al ijazah
BalasHapus