Sunnah-sunnah sholat.


Sunnah-sunnah sholat.

Sunnah-sunnah shalat adalah perbuatan dan ucapan yang dianjurkan syara’, yang dilakukan/diucapkan Rasulullah dalam sebagian besar shalat beliau, namun jika tidak dikerjakan tidak membatalkan shalat. Banyaknya sunnah shalat menurut Imam Asy Syairozi ada 35, Imam An Nawawi menambah 10, dan ulama lainnya menyatakan lebih banyak lagi bahkan sampai 1000 sunnah.

Sunnah Sebelum Shalat :

1. Adzan. Shalat yang disunnahkan adzan dan iqomah adalah shalat wajib 5 waktu dan sholat Jum’at. Untuk shalat jama’ hanya sunnah adzan di awalnya saja, yang kedua cukup iqomah, sedangkan shalat sunnah tidak disyari’atkan adzan dan iqomah, hanya saja shalat sunnah berjamaah disunnahkan menyeru semisal “shalaatal ‘id rahimakumullaah” (“ayo sholat ‘id moga Allah merahmati kalian”)

Syarat sah adzan: 
1) muwaalah (berlanjut tidak jeda lama),
2) tartiib (berurutan kalimatnya)
3) masuk waktu, kecuali adzan pertama subuh dan adzan pertama jum’at (ada khilaf dalam azan pertama jum’at, yang mu’tamad harus masuk waktu juga)
4) dari satu orang (tidak sah separo-separo),
5) dengan bahasa arab,
6) keras jika untuk berjamaah.

Syarat Muadzzin: 
1) Islam,
2) Tamyiz,
3) Laki-laki. wanita dan khuntsa hanya sunnah iqomat untuk shalat sendiri atau jama’ah kalangan sendiri.
4) tahu akan masuknya waktu.

2. Iqomah.

3. Menempatkan sutroh didepan musholli, bisa berupa dinding, tiang, tongkat (30 cm), garis, atau sajadah.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika keluar untuk shalat ‘ied, beliau meminta sebuah tombak pendek lalu ditancapkannya dihadapannya. Kemudian beliau shalat dengan menghadap ke arahnya, sedangkan orang-orang shalat di belakangnya. Beliau juga berbuat seperti itu ketika dalam bepergian (HR. Bukhari).

4. Mendatangi shalat dengan semangat dan mengosongkan hati dari kesibukan dunia, karena hal tersebut mempermudah untuk khusyu’. Allah mencela orang-orang yang shalat dengan malas.

وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى

Dan mereka tidak mengerjakan shalat melainkan dengan malas (QS. At Taubah: 54)
Sunnah Saat Shalat:

Sunnah Ab’adh (Jika ditinggalkan baik sengaja atau tidak maka disunnahkan sujud sahwi)
1) Duduk untuk tasyahhud awwal,
3) Membaca shalawat kepada Nabi saat tasyahhud awwal,
4) Shalawat kepada keluarga Nabi saat tasyahhud akhir,
5) Qunut saat i’tidal rakaat kedua shalat subuh dan rakaat terakhir witir di separo akhir bulan Ramadhan.

Sunnah Hai’at (sunnah yang jika ditinggalkan tidak disunnahkan sujud sahwi.) :
1. Mengangkat tangan saat takbirotul ihrom, ruku’, i’tidal, dan bangkit dari tasyahhud awwal. Caranya: mengangkat kedua tangan dengan kedua telapak tangan menghadap kiblat, jari-jari renggang, sejajar dengan bahu dan kedua ibu jari sejajar dengan cuping dua telinga.

أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangannya sejajar dengan pundaknya ketika memulai shalat, ketika takbir untuk rukuk dan ketika bangkit dari rukuk dengan mengucapkan: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) ‘. Beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud.” (HR. Bukhari)

2. Bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di pergelangan tangan kiri saat berdiri. Imam Muslim meriwayatkan dari Wâ-il bin Hujr:

أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى

“Bahwasanya dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya ketika masuk shalat, bertakbir.” Hammam menggambarkannya, “Di hadapan kedua telinganya, kemudian melipatnya pada bajunya kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.

3. Memandang ketempat sujud, kecuali saat tasyahhud maka memandang telunjuk yang memberi isyarat, juga saat shalat jenazah melihat ke jenazah.

4. Membaca do’a iftitah, baik shalat wajib maupun sunnah, shalat sendiri maupun berjamaah, imam maupun makmum; dengan syarat :
1) belum membaca Al Fatihah, basmalah ataupun ta’awwudz,
2) mendapati imam masih berdiri,
3) tidak khawatir tertinggal membaca al fatihah jika membaca do’a iftitah,
4) bukan shalat jenazah,
5) tidak khawatir habis waktu shalat (jika shalatnya diakhir waktu).

Ada beberapa redaksi yang bisa dibaca. Diantaranya riwayat Imam Muslim dari Ali bin Abu Thalib bahwa apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat, beliau membaca (do’a iftitah) sebagai berikut:

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ  الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya.
Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa’daik (Aku patuhi segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat kepadaMu”
Riwayat al Bukhary dan Muslim:

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin”

5. Membaca ta’awwudz (أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ) sebelum membaca al fatihah. Jika sudah membaca bismillah berarti terlewat sunnah ta’awwudz dan tidak diulang[.
Disunnahkan membaca ta’awwudz di tiap-tiap rakaat sebelum membaca al Fatihah.

6. Menyaringkan dan memelankan bacaan pada tempatnya. Sunnah bagi imam dan munfarid menyaringkan bacaan pada shalat shubuh, dua rakaat pertama shalat maghrib dan isya’, shalat ‘iedain, gerhana bulan, istisqa, tarawih dan witir.

7. Membaca “Aamiin” (kabulkanlah wahai Allah), setelah membaca al fatihah, bagi imam dan makmum dan munfarid.


9. Membaca ayat al Qur’an setelah membaca al Fatihah, pada rakaat pertama dan kedua, ini berlaku bagi imam dan munfarid, begitu juga sunnah bagi makmum jika tidak mendengar bacaan imam. Afdholnya 3 ayat atau lebih, begitu juga afdhol membaca surat-surat sebagaimana yang ada dalam riwayat bacaan Rasulullah dalam shalat beliau, seperti membaca surah as sajadah dan al insan pada shubuh Jum’at, dst.

10. Memanjangkan bacaan al Qur’an pada rakaat pertama lebih dari rakaat kedua.

11. Takbir intiqâl (perpindahan); ketika akan ruku’, akan sujud, dan akan bangun dari sujud dengan lafadz: “Allaahu Akbar”. Permulaan takbir disunnatkan bersamaan dengan awal turun atau naiknya anggota/tubuh, dan memanjangkan takbir sampai sempurnanya rukun yang akan dikerjakan setelahnya. Pemanjangan takbir dilakukan dengan memanjangkan lâm-nya lafal Allâh asal tidak melebihi tujuh alif.

12. Meletakkan telapak tangan ke lutut ketika ruku’ sembari meratakan punggung dan leher.

13. Tasmi’ ketika i’tidal, yakni membaca “sami’allaahu li man hamidah”, bagi imam, makmum maupun munfarid.

14. Membaca tasbih saat ruku’ dan sujud. Saat ruku’ membaca tiga kali: سبحان ربي العظيم وبحمده sedangkan saat sujud membaca tiga kali : سبحان ربي الأعلى وبحمده

15. Mendahulukan meletakkan lutut ke lantai saat sujud, kemudian kedua tangan, baru dahi.

16. Meletakkan hidung ke lantai saat sujud.

17. Berdo’a diantara dua sujud.

18. Meletakkan kedua tangan pada kedua paha pada saat dua tasyahhud. Caranya: telapak tangan kiri terbuka, jari-jari rapat diletakkan menyamai pangkal lutut sebelah kiri, tangan kanan menggenggam kecuali jari telunjuk, jempol diletakkan dibawah telunjuk sehingga terbentuk genggaman “53”, jari telunjuk diangkat saat mengucap “illallaah” sebagai isyarat tauhid dan sunnat begitu hingga akhir shalat pada tasyahhud akhir.

كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى

“Jika beliau saw duduk dalam shalat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya diatas paha kanannya dan beliau genggam semua jari jemarinya sambil memberi isyarat dengan jari sebelah jempol (telunjuk), beliau juga meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya.” (HR. Muslim)

19. Duduk tawarruk pada tasyahhud akhir dan iftirosy pada duduk yang lainnya,
Imam al Bukhary meriwayatkan dari Abu Humaid:

فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ الْيُمْنَى فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْأَخِيرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ

Apabila duduk pada rakaat kedua, beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan kakinya yang kanan. Dan jika duduk pada rakaat terakhir, maka beliau memasukkan kaki kirinya (di bawah kaki kananya) dan menegakkan kaki kanannya dan beliau duduk pada tempat duduknya

20. Membaca shalawat Ibrahimiyyah dan berdo’a setelah tasyahhud akhir. Jika do’anya ngarang sendiri, maka harus dengan bahasa Arab, jika dengan bahasa bukan Arab maka batal sholatnya.

21. Niat berhenti shalat saat salam yang pertama.

22. Salam yang kedua. Cara salam: memulainya dengan wajah menghadap kiblat, memulai menoleh sekira huruf mim nya “‘alaikum” dan berakhir tolehannya saat berakhir salam, pipi hendaknya sekira terlihat oleh orang yang dibelakang.

23. Khusyu’ dalam keseluruhan shalat, yakni tenangnya anggota beserta hadirnya hati dan mentadabburi bacaan, hendaknya berusaha senantiasa menghadirkan hati, jika ‘melayang’ kemana-mana maka segera hadirkan kembali. Jika tidak mampu, minimal pada tiga tempat: saat “wajjahtu wajhiya” , “iyyaaka na’budu…nasta’iin”, dan “assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu … wabarokaatuh.

Allahu A’lam.

Untuk lebih jelasnya agar duduk di majelis Ta’lim atau bertanya kepada ustadz atau ulama setempat bila ada yang kurang jelas atau kurang mengerti yang membutuhkan penjelasan dengan cara parakteknya, karena tidak semua ilmu dapat di pelajari dan didapat dengan media social ataupun internet kecuali dengan kita hadir di majelis Ta’lim ataupun bertatap muka langsung dengan guru.

(Referensi dari berbagai sumber).

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram : @shulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/habibshulfialaydrus
LINE : shulfialaydrus         
Facebook : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.
           
Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat ‘Azhimiyyah (As Sayyid Ahmad bin Idris (Tarekat Idrisiyyah)).

Ratib Al Akbar.

Perbendaharaan Langit dan Bumi