Pentingnya Niat Dalam Beribadah.
Pentingnya Niat Dalam Beribadah.
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ
الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ
أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ
بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi
Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang
berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari
berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia
pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar
Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung
niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan;
Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena
seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia
diniatkan" (HR. Bukhori No.1 dan Muslim N0.3530)
Imam Bukhari menyebutkan hadits ini di awal kitab
shahihnya sebagai mukadimah kitabnya, di sana tersirat bahwa setiap amal yang
tidak diniatkan karena mengharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada hasil
sama sekali baik di dunia maupun di akhirat. Al Mundzir menyebutkan dari Ar
Rabi’ bin Khutsaim, ia berkata, “Segala sesuatu yang tidak diniatkan mencari
keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla, maka akan sia-sia”.
Abu Abdillah rahimahullah berkata, “Tidak ada
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak,
kaya dan dalamnya faidah daripada hadits ini”.
Abdurrahman bin Mahdiy berkata, “Kalau seandainya saya
menyusun kitab yang terdiri dari beberapa bab, tentu saya jadikan hadits Umar
bin Al Khatthab yang menjelaskan bahwa amal tergantung niat ada dalam setiap
bab”.
Niat berasal dari bahasa arab yaitu an niyat
yang merupakan bentuk jamak dari niyah. Secara etimologi niat berarti al qoshdu
yang bermakna maksud. Niat juga berarti al ‘azm yaitu keinginan yang kuat.
An-Nawawi berkata, “Niat adalah al qoshdu yaitu ‘azimatul qolbi (berkeinginan
dengan hati dan “nawaka Allahu bi khairin”(Allah SWT bermaksud memberimu
kebajikan). Akan tetapi yang dimaksud dengan ‘azm dalam konteks ini mempunyai
pengertian sebagai sebuah keinginan yang lebih kuat dari sekedar maksud.
Niat menurut kebiasaan orang Arab ketika
menggunakan kata niat itu mempunyai arti menuju (al qoshdu), pernah ditemukan
bahwa mereka sedang berkata, “nawa asy-syai’a” (seseorang telah menuju ke
sesuatu), mereka memberi maksud dari kata an niyat adalah sesuatu yang
dijadikan tujuan, atau niat adalah suatu tujuan seseorang mengarah ke tempat
tersebut, terkadang niat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengiringi
tujuan atau jatuhnya niat itu dapat mendahului suatu tindakan.
Niat secara istilah mempunyai dua makna,
yaitu makna yang umum dan makna yang syar’i. Makna yang umum yaitu semua
keinginan untuk melakukan suatu perbuatan.
Adapun niat dalam makna syar’i berarti suatu
keinginan untuk mendapatkan keridaan Allah SWT dan dalam rangka mempraktikkan
perintah-Nya. Para ahli mempunyai definisi yang berbeda dalam mengartikan niat secara
istilah, di antaranya :
a. Al-Baidhowi,
“Niat adalah ungkapan mengenai keinginan hati
menuju apa yang ia pandang sesuai dengan tujuannya berupa mendatangkan manfaat
atau menolak bahaya, sekarang maupun yang akan datang, dan syari’at
mengkhususkan dengan keinginan untuk melakukan sebuah perbuatan karena
mengharapkan keridha‟an Allah SWT dan dalam rangka mempraktikkan hukum-Nya.”
b. Al-Qurafi
“Niat adalah tujuan seseorang dengan hatinya
terhadap sesuatu yang dia kehendaki untuk dikerjakannya.”
c. Al-Khithabi
“Niat adalah tujuan seseorang terhadap
sesuatu, menurut hatinya dan menuntutnya untuk melaksanakannya.”
d. Al-Muhasibi
“Niat berarti keinginan seseorang untuk
mengerjakan sesuatu atau pekerjaan tertentu, baik karena perintah Allah SWT
atau hal lainnya.”
e. Ibnu Abidin
“Niat ialah kehendak untuk taat dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam melakukan suatu pekerjaan.”.
Di
dalam kitab Safinatun Najah.
النية قصد الشيء مقترنا بفعله ، ومحلها القلب
والتلفظ بها سنة
Niat ialah menyengaja mengerjakan suatu
perkara disertai dengan perbuatan dan tempatnya adalah di dalam hati,
mengucapkan lafazh niat adalah sunnah.
Hukum niat.
Niat adalah syarat sahnya amal. Ibnu Hajar Al
‘Asqalaaniy berkata, “Para fuqaha (ahli fiqh) berselisih apakah niat itu rukun
(masuk ke dalam suatu perbuatan) ataukah hanya syarat (di luar suatu
perbuatan)? Yang kuat adalah bahwa menghadirkan niat di awal suatu perbuatan
adalah rukun, sedangkan istsh-hab hukm/menggandengkan dengan suatu perbuatan
(tidak berniat yang lain atau memutuskannya) adalah syarat.”
Amal
harus disertai dengan niat.
Rasulullah SAW. bersabda :
ان الله عز وجل ليعطي العبد على نيته ما لا
يعطيه على عمله. رواه الديلمي
Sesungguhnya Alloh SWT itu memberikan
(pahala) kepada hamba nya atas apa yang telah niatkannya, bukan atas amaliah
(ibadahnya). (HR. Ad Dailamiy)
قال الإمام البيضاوي رحمة الله عليه :
الأعمال لا تصح بلا نية ، لأن النية بلا عمل
يثاب عليها ، والعمل بلا نية هباء
Telah berkata Al Imam Baidhowi :
Amaliah (ibadah) itu tidak akan SAH tanpa di
sertai dengan niat, karna sesungguhnya nya niat tanpa amaliah itu tetap
mendapatkan pahala, dan amaliah tanpa di sertai dengan niat itu akan sia sia.
(Kitab Syarah Arbain An Nawawi, Hal.14)
Niat beramal harus ikhlas karena Allah.
ان الله تعالى لا يقبل من العمل الا ما كان له
خالصا و ابتغى به وجهه
Dari Abu Ummah ra. Rasulullah SAW. bersabda :
Sesungguhnya Allah SWT. Tidak menerima amal, kecuali amal yang tulus ikhlas dan
mencari keridhoan Allah. (HR. An Nasa’I, Kitab Mukhtarul Ahadits An Nabawiyyah
– As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy, Hadits No.275, Hal.39, Penerbit Al Haromain)
Niat lebih baik dari pada amalnya.
Rasululullah shallahu
alaihi wa sallam yang bersabda :
نِيةُ
المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Niatnya
seorang mukmin lebih baik dari pada amalnya. (HR. Al Baihaqi)
Niat
yang baik akan di ganjar kebaikan dan pahala sama Allah dengan berlipat 10
sampai 700 kali.
عَن
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النبي صلى الله عليه وسلم فِيْمَا
يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالى أَنَّهُ قَالَ: ( إِنَّ الله كَتَبَ
الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ؛ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا
فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمائَةِ ضِعْفٍ
إِلىَ أَضْعَاف كَثِيْرَةٍ. وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا
كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا
كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً ) – رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ في
صَحِيْحَيْهِمَا بِهَذِهِ الحُرُوْفِ
Dari
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya :
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia
menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak
dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia
berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya
sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat
melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya
satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu
dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”. (HR. Bukhari dan
Muslim dalam Kitab Shahihnya dengan lafazh ini)
Jadi
niat termasuk rukun dalam suatu amal sholeh, amal tanpa niat maka tidak
diterima amalnya sama Allah, niat letaknya dihati, tetapi sunnah dilafazhkan, yang
membedakan antara amal ibadah adalah niatnya, dan Allah akan menerima dan
mengganjar dengan pahala kepada seseorang sesuai dengan apa yang diniatkannya, niat
yang utama yang diterima oleh Allah adalah niat yang ikhlas di dalam hatinya
dalam beramal yang hanya mengharap ridho Allah Ta’ala.
(Referensi
dari berbagai sumber)
Website
: http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau
https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram
: @shulfialaydrus
Instagram
Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter
: @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram
: @habibshulfialaydrus
Telegram
Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook
: https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group
Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau
https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi
atau infak atau sedekah.
Bank
BRI Cab. JKT Joglo.
Atas
Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek
: 0396-01-011361-50-5.
Penulis
: Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.
محمد
سلفى بن أبو نوار العيدروس
Komentar
Posting Komentar