Dalil, Tatacara Dan Doa Shalat Hajat.


Dalil, Tatacara Dan Doa Shalat Hajat.

Shalat hajat ialah shalat yang menjadi lantaran seorang hamba untuk memohon suatu kebutuhan kepada Allah swt agar dimudahkan. Shalat ini langsung diajarkan sendiri oleh Nabi saw yang tercantum dalam sunan At Tirmidzi, Sunan Abî Dâwûd, dan Musnad Ahmad.

Dalam Sunan al-Tirmidzi terdapat bab khusus Shalat Hajat. Berikut hadisnya:

عن عبد الله بن أبي أوفى قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ فَلْيُحْسِنِ الوُضُوْءَ ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لِيُثْنِ عَلَى اللهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِي صلى الله عليه و سلم ثُمَّ لْيَقُلْ لَاإلهَ إِلَّا اللهُ الحَلِيْمُ الكَرِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ أَسْئَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضَا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Siapapun yang memiliki hajat kepada Allah ataupun pada salah seorang manusia, hendaknya ia berwudhu dengan sempurna lalu shalat dua rakaat kemudian membaca doa di bawah ini didahului membaca hamdalah dan shalawat bagi Nabi saw.Doa sebagai berikut: Tiada tuhan selain Allah Dzat Yang Maha Penyantun nan Maha Mulia. Maha suci Allah Tuhan Arsy Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta. Aku memohon pada-Mu hal-hal yang mendatangkan rahmat-Mu, juga kemantapan ampunan-Mu, keuntungan dari setiap kebajikan, keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan bagiku dosa kecuali Engkau telah mengampuninya, tidaklah suatu kegundahan kecuali Engkau menghilangkannya, tidaklah suatu hajat kebutuhan yang sesuai rida-Mu kecuali Engkau penuhi, Wahai Dzat Yang Paling Pengasih diantara para pengasih.  

Dalam riwayat lain At Tirmidzi juga meriwayatkan:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَنِيْفٍ أَنَّ رَجُلًا ضَرِيْرَ البَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَنِي قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ)) قَالَ فَادْعُهُ قَالَ: فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوْءَهُ وَيَدْعُو بِهٰذَا الدُّعَاءِ: اللهم إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ, إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِي حَاجَتِيْ هٰذِهِ لِتُقْضَى لِي اللهم فَشَفِّعْهُ فِيَّ))

قال الترمذي هذا حديث حسن صحيح غريب

Seorang sahabat yang buta datang kepada Nabi saw mengadu, “saya ini tidak bisa melihat, doakan saya wahai Nabi agar saya sembuh”. Nabi saw menjawab, (Terserah kamu. Jika kamu mau, saya mendoakanmu. Jika kamu mau, kamu sabar saja. Itu lebih baik bagimu) Doakan saja, Nabi. Ambilah air wudhu’ lalu bacalah do’a :

اللهم إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ, إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِي حَاجَتِيْ هٰذِهِ لِتُقْضَى لِي اللهم فَشَفِّعْهُ فِيَّ

ALLOHUMMA INNI AS-ALUKA WA ATAWAJJAHU ILAIKA BI NABIYYIKA NABIYYIR ROHMAH. INNI TAWAJJAHTU BIKA ILAA ROBBIKA FII HAAJATII HADzIHI LITUQDhOO LII, ALLAHUMMA FASyAQQI’HU FIYYA.

‘Ya Allah, aku menghadap dan memohon kepada-Mu dengan wasilah Nabi-Mu Muhammad saw, Nabi pembawa rahmat, Aku memohon pertolongan Allah melalui perantaramu, Muhammad, agar hajatku dikabulkan. Ya Allah berikanlah hak memberi syafaat bagi Nabi Muhammad agar diberikan kepadaku’). Al Tirmidzi berkomentar ini hadis hasan sahih gharib.

Kemudian riwayat Sunan Abî Dâwûd dan Musnad Ahmad yang dinukil oleh mufasir sekaliber al-Razi saat menafsirkan QS Al-Baqarah (2) : 153 dalam tafsir al-Kabir-nya. Riwayat berikut:

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Saat Nabi Muhammad saw tertimpa suatu masalah, beliau melaksanakan shalat.

Dari sejumlah argument di atas, bisa disimpulkan Nabi saw mengajarkan shalat dua rakaat saat mempunyai keperluan atau dililit suatu masalah. Seusai shalat dua rakaat, membaca do’a dibawah ini;

لَاإلهَ إِلَّا اللهُ الحَلِيْمُ الكَرِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ أَسْئَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضَا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللهم إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ, إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِي حَاجَتِيْ هٰذِهِ لِتُقْضَى لِي اللهم فَشَفِّعْهُ فِيَّ   (lalu disebutkan hajatnya)

WAKTU PELAKSANAAN SHALAT HAJAT.

Tidak ada waktu khusus untuk pelaksanaan shalat hajat. Jadi, shalat hajat boleh dilaksanakan kapan saja kecuali pada waktu yang dimakruhkan atau diharamkan untuk shalat sunnah seperti setelah shalat subuh, tepat matahari di atas (sebelum condong), dan setelah shalat ashar.

Berikut ini merupakan beberapa tata cara shalat hajat yang dapat dilakukan oleh mereka yang sedang berhajat.

فمن ضاق عليه الأمر ومسته حاجة في صلاح دينه ودنياه وتعسر عليه ذلك فليصل هذه الصلاة الآتية

Artinya, “Orang sedang mengalami kesempitan, berhajat untuk membuat mashlahat agama dan dunianya, dan merasakan kesulitan karenanya, hendaklah melakukan shalat sebgai berikut,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 103).

Syekh M Nawawi Banten menyebutkan riwayat dari Wahib bin Al-Warad yang menyebutkan doa makbul yang diawali dengan shalat sunnah sebanyak 12 rakaat. Pada setiap rakaat dibaca Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Surat Al-Ikhlas. Berikut ini doa yang dibaca setelah shalat 12 rakaat.

سُبْحَانَ الَّذِي لَبِسَ العِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ بِالمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهَ، سُبْحَانَ ذِي العِزِّ وَالكَرَمِ، سُبْحَانَ ذِي الطَوْلِ أَسْأَلُكَ بِمَعَاقِدِ العِزِّ مِنْ عَرْشِكَ وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ وَبِاسْمِكَ الأَعْظَمِ وَجَدِّكَ الأَعْلَى وَكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ العَامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بِرٌّ وَلَا فَاجِرٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Artinya, “Mahasuci Zat yang mengenakan keagungan dan berkata dengannya. Mahasuci Zat yang menaruh iba dan menjadi mulia karenanya. Mahasuci Zat pemilik keagungan dan kemuliaan. Mahasuci Zat pemilik karunia. Aku memohon kepada-Mu agar bershalawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dengan garis-garis luar mulia Arasy-Mu, puncak rahmat kitab-Mu, dan dengan nama-Mu yang sangat agung, kemuliaan-Mu yang tinggi, kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan umum yang tidak dapat dilampaui oleh hamba yang taat dan durjana,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 103-104).

Selepas baca doa ini, seseorang baru berdoa sungguhan dengan menyebutkan hajat khususnya.

Meski pun demikian, pelaksanaan dua rakaat dianggap memadai dari 12 rakaat shalat hajat tersebut. Dua rakaat shalat sunnah hajat ini tidak mesti dilakukan secara khusus.

Dua rakaat shalat hajat ini terbilang memadai dengan mengerjakan shalat fardhu atau shalat sunnah tahiyyatul masjid atau shalat sunnah lainnya. Tetapi alangkah baiknya shalat hajat ini dikerjakan secara khusus.

Selesai shalat dua rakaat, seseorang juga dianjurkan untuk bershalawat dan membaca doa di atas. Setelah itu ia membaca doa Rasulullah SAW sebagaimana riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الحَلِيمُ الكَرِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَلِيُّ العَظِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ والحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

LAA ILAAHA ILLALLAHUL HALIMUL KARIM. LAA ILAAHA ILLALLAHUL ALIYYUL AZhIM, SUBHANALLAHU RABBIL ARSyIL AZhIM, WALHAMDU LILLAHI RABBIL ALAMIN.

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah yang santun dan pemurah. Tiada Tuhan selain Allah yang maha tinggi dan agung. Mahasuci Allah, Tuhan Arasy yang megah. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 104).

Setelah itu, orang yang sedang memiliki hajat tertentu melanjutkan bacaan doa Rasulullah SAW riwayat Imam At-Tirmidzi berikut ini.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالسَلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لَا تَدَعْ لِيْ ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ، وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضىً إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MUUJIBATI RAHMATIK WA AZAAIMA MAGhFIRATIK WAL GhANIMATA MIN KULLI BIRRIN WAS SALAMATA MIN KULLI ISMIN. LAA TADA’ LI DzANBAN ILLA GhAFARTAH WA LAA HAMMAN ILLA FARRAJTAH WA LAA HAJATAN HIYA LAKA RIDhAN ILLA QADhAITAHA YA ARHAMAR RAHIMIN

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah yang maha lembut dan maha mulia. Maha suci Allah, penjaga Arasy yang agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta. Aku mohon kepada-Mu bimbingan amal sesuai rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, kesempatan meraih sebanyak kebaikan, dan perlindungan dari segala dosa. Janganlah Kau biarkan satu dosa tersisa padaku, tetapi ampunilah. Jangan juga Kau tinggalkanku dalam keadaan bimbang, karenanya bebaskanlah. Jangan pula Kau telantarkanku yang sedang berhajat sesuai ridha-Mu karena itu penuhilah hajatku. Hai Tuhan yang maha pengasih,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 104).

Kita dapat menyimpulkan bahwa shalat hajat bisa dilakukan sebagai berikut:

1. Shalat dua rakaat (atau 12 rakaat).
2. Dianjurkan membaca Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Al-Ikhlas (atau Surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya).
3. Membaca shalawat.
4. Doa yang warid, doa hajat.
5. Doa kepada Allah menyatakan hajat pribadinya.

Shalat hajat ini dimasukkan oleh Mazhab Syafi‘i sebagai salah satu shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang sedang memiliki hajat tertentu baik hajat yang berkaitan dengan kemaslahatan agama dan duniawinya. Shalat hajat ini merupakan salah satu bentuk munajat seorang hamba kepada Allah SWT.

Alfaqir (Habib Muhammad Shulf Alaydrus) juga pernah mendapatkan amalan sholat hajat dari salah satu guru alfaqir yaitu Ustadz Bahroni bin Mastar dari Indramayu (Jawa Barat), beliau mengijazahkan sholat hajat khusus berikut ini :

1. Melakukan sholat hajat 4 rokaat, yang setiap dua rokaatnya salam.

Niat sholat :

اصلى سنة الحاجة ركعتين لله تعالى

USHOLLII SUNNATAL HAAJATI ROK’ATAINI LILLAAHI TA’AALA.

Aku berniat shalat hajat dua rokaat karena Allah Ta’ala.

2. Pada rokaat pertama sesudah membaca surat Alfatihah untuk membaca surat Al ikhlash sebanyak 10x.

3. Pada rokaat kedua sesudah membaca surat Alfatihah untuk membaca surat Al ikhlash sebanyak 20x.

4. Setelah salam berdiri lagi dan lakukan sholat sunnah hajat dengan niat yang sama.

5. Pada rokaat pertama sesudah membaca surat Alfatihah untuk membaca surat Al ikhlash sebanyak 30x.

6. Pada rokaat kedua sesudah membaca surat Alfatihah untuk membaca surat Al ikhlash sebanyak 40x.

7. sesudah salam dari sholat yang kedua ini lalu membaca doa di bawah ini satu kali dengan menyebutkan hajatnya.

اللهم صل على سيدنا محمد الالف المألوف اجبرلى حاجتى

ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYDINAA MUHAMMADINIL ALIFIL MA’LUUFI UJBUR LII HAAJATII….. (sebutkan hajatnya)

Artinya : Ya Allah, Limpahkanlah rahmat atas pemimpin kami Nabi Muhammad SAW. yang menyayangi dan disayangi, penuhilah hajatku…..

Sholat hajat tersebut juga ada di dalam kitab Silahul Mukmin yang di susun oleh KH. Mahfudz Syaroni, Halaman 47, Penerbit Ample Suci Surabaya.

Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi Alaydrus) ijazahkan sholat hajat tersebut bagi siapa saja yang mau mengamalkannya,

(Referensi dari berbagai sumber)

Website : http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram : @shulfialaydrus
Instagram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter : @shulfialaydrus dan @shulfi   
Telegram : @habibshulfialaydrus
Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Facebook : https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/

Donasi atau infak atau sedekah.                   
Bank BRI Cab. JKT Joglo.
Atas Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek : 0396-01-011361-50-5.

Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat ‘Azhimiyyah (As Sayyid Ahmad bin Idris (Tarekat Idrisiyyah)).

Ratib Al Akbar.

Perbendaharaan Langit dan Bumi