Dalil Tahlilan dan sampainya pahala kepada orang yang sudah meninggal dunia dari orang yang masih hidup.
Dalil
Tahlilan dan sampainya pahala kepada orang yang sudah meninggal dunia dari
orang yang masih hidup.
1.
Dalil-dalil Al-Qur’an.
Tentang
sampainya hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia.
Terdapat
banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyatakannya, baik ketika mereka masih hidup
ataupun setelah meninggal dunia. Di antaranya adalah :
a.
QS. Muhammad : 19
واستغفر لذنبك
وللمؤمنين والمؤمنات
“Dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan”.
Ayat
tersebut menerangkan bahwa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan
mendapatkan manfaat dari istighfar orang mukmin lainnya.
Dalam
tafsir Al-Khazin dijelaskan:
فى معنى الاية استغفر
لذنبك اي لذنوب اهل بيتك (وللمؤمنين والمؤمنات) يعني من غير اهل بيتك وهذا اكرام
من الله عز وجل لهذه الامة حيث امر نبيه ص م ان يستغفر لذنوبهم وهو الشفيع المجاب
فيهم
“makna
ayat استغفر لذنبك adalah mohonlah ampunan bagi dosa-dosa keluargamu dan
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, artinya selain keluargamu. Ini
adalah penghormatan dari Allah Azza wa Jalla kepada umat Muhammad, di mana Dia
memerintahkan Nabi-Nya untuk memohonkan ampunan bagi dosa-dosa mereka,
sedangkan Nabi SAW adalah orang yang dapat memberikan syafa’at dan do’anya
diterima (Tafsir Al-Khazin Juz VI hal 180).
b.
QS Al-Nuh : 28
رب اغفرلي ولوالدي
ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولاتزد الظالمين الاتبارا
“Ya
Tuhanku ! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman, serta semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah
Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dhalim itu selain kebinasaan”
Dalam
ayat tersebut dijelaskan, bahwa Nabi Nuh AS mendo’akan orang-orang mukmin
laki-laki dan perempuan agar dosanya diampuni oleh Allah SWT.
c. QS Ibrahim : 40-41
رب اجعلني مقيم الصلاة
ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء ربنا اغفرلي ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب
“Ya
Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
sholat, ya tuhanku kami, perkenankanlah do’aku (40) Ya Tuhan kami, ampunilah
aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (41)”
Dalam
menafsirkan ayat di atas Syekh ‘Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim
Al-Baghdadi mengatakan :
وهذا دعاء للمؤمنين
بالمغفرة والله سبحانه وتعالى لايرد دعاء خليله إبراهيم عليه السلام ففيه بشارة
عظيمة لجميع المؤمنين بالمغفرة
“Ini
merupakan do’a memohon ampunan kepada Allah SWT untuk orang-orang mukmin.
Sementara Allah SWT tidak akan menolak do’a kekasih-Nya Ibrahim AS. Dalam ayat
tersebut terkandung satu kabar gembira yang besar bagi orang-orang mukmin
dengan adanya ampunan dari Allah SWT berkat do’a nabi Ibrahim AS.” (Tafsir
Al-Khazin Juz IV hal 50).
d.
QS Al-Hasyr : 10
والذين جاءوا من بعدهم
يقولون ربنا اغفرلناولإخواننا الذين سبقونا بالايمان ولاتجعل في قلوبنا غلا للذين
امنوا ربنا انك رءوف رحيم
“Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo’a,
“Ya Tuhan kami, berilah ampunan kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa orang mati bisa mendapatkan manfa’at dari istighfar
yang dibaca oleh orang yang masih hidup.
e.
QS Al-Thur : 21
والذين امنوا واتبعتهم
ذريتهم بايمان الحقنا بهم ذريتهم وماالتناهم من عملهم من شيئ كل امرئ بما كسب رهين
“Dan
orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka mengikuti merka dalam keimanan,
kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat apa yang
dikerjakannya”
Mengenai
ayat ini Syekh ‘Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi memberikan
penjelasan :
يعني الحقنا اولادهم
الصغار والكبار بايمانهم فالكبار بايمانهم بانفسهم والصغار بايمان أبائهم فان
الولد الصغير يحكم بإسلامه تبعا لأحد ابويه (الحقنا به ذرياتهم) يعني المؤمنين فى
الجنة بدرجات أبائهم وان لم يبلغوا بأعمالهم درجات أبائهم تكرمة لأبائهم لتقر
اعينهم هذا رواية عن ابن عباس
“Artinya
kami menyamakan anak-anak mereka yang kecil dan yang dewasa dengan keimanan
orang tua mereka yang dewasa dengan keimanan mereka sendiri, sementara yang
kecil dengan keimanan orang tuanya. Keislaman seorang anak yang masih kecil
diikutkan pada salah satu dari kedua orang tuanya. (kami menyamakan kepada
mereka keturunan mereka) artinya menyamakan orang-orang mukmin di surga sesuai
dengan derajat orang tua mereka, meskipun amal-amal mereka tidak sampai pada
derajat amal orang tua mereka. Hal itu sebagai penghormatan kepada orang tua
mereka agar mereka senang. Keterangan ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA”
(Tafsir Al-Khazin Juz VI hal 250).
Penjelasan
yang sama dapat dilihat dalam Tafsir Jami’ Al-Bayan karya Ibnu Jarir Al-Thabari
Juz 28 Hal 15. Beberapa ayat dan penafsiran tersebut menjadi bukti nyata bahwa
orang yang beriman tidak hanya memperoleh pahala dari perbuatannya sendiri.
Mereka juga dapat merasakan manfaat amaliyah orang lain. Dalil-dalil Al-Hadits
Kalau Al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa orang mukmin dapat memperoleh manfaat
dari amal orang lain , maka di dalam hadits Nabi SAW juga ada dan cukup banyak.
Di
antaranya adalah :
a.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA.
عن ابن عباس رضي الله
عنه ان رجلا قال يارسول الله ان امي توفيت افينفعها ان تصدقت عنها ؟ قال نعم. فان
لي مخرفا فاشهدك اني قد تصدقت به عنها
“Dari
Ibnu Abbas RA, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai
Rosulullah, ibu saya meninggal dunia. Apakah ia akan mendapatkan kemanfaatan
jika saya bersedekah untuknya ?”, Nabi SAW menjawab, “Ya”. Laki-laki tersebut
berkata, “Saya mempunyai kebun, saya mohon kepadamu wahai Rosulullah untuk
menjadi saksi saya bersedekah atas nama ibu saya” (Shahih al-Bukhari, 2563).
Hadits
di atas menerangkan bahwa sedekah yang dikeluarkan oleh seseorang, pahalanya
bisa sampai kepada orang yang telah meninggal dunia. Termasuk dalam kategori
sedekah adalah bacaan tasbih, takbir, tahmid dan tahlil, sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam kitab Riyadlus Sholihin.
b.
Hadits Riwayat Ma’qil bin Yasar RA.
عن معقل بن يسار أن
رسول الله ص م قال ويس قلب القرأن لا يقرؤها رجل يريدالله تبارك وتعالى والدار
الاخرة الا غفر له واقرءوها على موتاكم
“Diriwayatkan
dari Ma’qil bin Yasar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Surat Yasin adalah
intisari Al-Qur’an. Tidaklah seseorang membacanya dengan mengharap rahmat Allah
SWT kecuali Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Maka bacalah surat Yasin
atas orang-orang yang telah meninggal di antara kamu sekalian” (Musnad Ahmad
bin Hambal, 19415)
Hadits
di atas secara tegas menganjurkan membaca Al-Qur’an untuk orang yang yang telah
meninggal dunia, karena yang dimaksud mautakum dalam hadits tersebut adalah
orang-orang yang telah diambil ruhnya. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Haula
Khasaish Al-Qur’an.
قال محب الدين الطبري
: المراد الميت الذي فارقته روحه, وحمله على المحتضر قول بلا دليل
“Syekh
Muhibbuddin Al-Thabari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata mautakum
dalam hadits tersebut adalah orang yang ruhnya telah terpisah dari jasadnya.
Adapun pendapat yang mengartikan kata mautakum dengan “orang yang akan
meninggal dunia” adalah pendapat yang tidak berdasar”.(Haula Khasaish
Al-Qur’an, 44)
c.
Hadits riwayat sayyidina Ali RA yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad
Al-Samarqandi, Al-Rafi’I dan Al-Daraquthni
عن علي رضي الله عنه,
أنه عليه الصلاة والسلام قال : من مر على المقابر وقرأ قل هوالله احد احدى عشرة
مرة ثم وهب اجرهاللأموات اعطي من الأجر بعدد الأموات
“Dari
Ali RA Rasulullah SAW bersabda. “Barang siapa berjalan melewati pemakaman, lalu
membaca surat Al-Ikhlas sebelas kali dan menghadiahkan pahalanya kepada ahli
kubur, maka ia akan diberi pahala sejumlah ahli kubur.” (diriwayatkan oleh Abu
Muhammad Al-Samarqandi Al-Qur’an 45)
d.
Seperti yang di sebutkan dalam hadits Tahlil Adalah Doa Untuk Mayit;
قَالَتْ
عَائِشَةُ وَارَأْسَاهْ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « ذَاكِ
لَوْ كَانَ وَأَنَا حَىٌّ ، فَأَسْتَغْفِرُ لَكِ وَأَدْعُو لَكِ » (البخارى )
“Aisyah
berkata: ‘Aduh kepalaku sakit’. Rasulullah bersabda: ‘Jika kamu wafat dan saya
masih hidup, maka saya mintakan ampunan untukmu dan akan mendoakanmu” (HR
al-Bukhari).
Dalam
hadits diatas menjelaskan bahwa jika kita menjenguk orang sakit atau takziyah
orang meninggal, kita setidaknya mendoakan orang tersebut. Dalam hadits lain
juga menerangkan bahwasanya bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia
maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala.
e.
Seperti yang disebutkan dalam hadits sedekah untuk almarhum
وَعَنْ
عَائِشَةَ – رضى الله عنها – . أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِنَّ أُمِّى افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا ، وَأَظُنُّهَا لَوْ
تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ «
نَعَمْ ». متفق عليه.
Diriwayatkan
dari Aisyah bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Saw: Ibu saya meninggal
mendadak. Saya yakin andai ia bisa bicara maka ia akan bersedekah. Apakah
beliau dapat pahala jika saya bersedekah atas nama beliau? Nabi menjawab: Ya.
(Muttafaq Alaih)
Hadits
diatas menjelaskan jika kita bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia
maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala. Bukan hanya bersedekah
dengan uang bahkan dzikirpun termasuk juga sedekah seperti yang dijelaskan oleh
Hadits berikut bahwa dzikir Adalah sedekah:
إِنَّ
بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ
عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَة (مسلم
)
“Rasulullah
bersabda: Sesungguhnya dengan setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah,
setiap amar makruf adalah sedekah, setiap nahi munkar adalah sedekah (HR
Muslim)
f.
Al-Khallal dari al-Sya’bi berkata :
كانت الانصار اذا مات
لهم الميت اختلفوا على قبره يقرءون عنده القرأن
“Jika
ada sahabat di kalangan Anshar meninggal dunia, mereka berkumpul di depan
kuburnya sambil membaca Al-Qur’an”. (al-Ruh, 11)
Berdasarkan
beberapa hadits serta amaliyah para sahabat di atas jelaslah bahwa Nabi
Muhammad SAW menganjurkan membaca Al-Qur’an di atas kubur, lalu para sahabat
mengerjakan anjuran Nabi SAW tersebut. Jadi tidak diragukan lagi bahwa bacaan
Al-Qur’an atau amal ibadah lainnya dapat bermanfaat kepada mayit. Sebab bila
tidak ada manfaatnya, Nabi SAW tidak akan menganjurkan para sahabatnya
melakukan sesuatu yang sia-sia, tidak ada guna dan manfaatnya.
Pendapat
Para Ulama’ Mayoritas ulama menyatakan bahwa mayit dapat memperoleh manfaat
dari usaha (amal orang yang masih hidup).
Kata
Imam Al-Qurthubi :
كان الامام أحمد بن
حنبل رضي الله عنه يقول اذا دخلتم المقابر فاقرءوا فاتحة الكتاب والمعوذتين وقل
هوالله احد واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل اليهم
“Imam
Ahmad bin Hambal RA berkata : “Apabila kamu berziarah ke pemakaman, maka
bacalah surat Al-Fatihah, Al-Mu’awwidzatain, dan surat Al-Ikhlas. Kemudian
hadiahkan pahalanya kepada ahli kubur. Maka sesungguhnya pahala tersebut sampai
kepada mereka”.(Mukhtashar Tadzkirat Al-Qurthubi, 25)
Dalam
kitab Nihayah al-Zain disebutkan :
قال ابن حجر نقلا عن
شرح المختار: مذهب أهل السنة ان للإنسان ان يجعل ثواب عمله وصلاته للميت ويصله
“Ibnu
Hajar dengan mengutip Syarh Al-Mukhtar berkata: “Madzhab Ahlussunnah
berpendapat bahwa seseorang dapat menghadiahkan pahala amal dan do’anya kepada
orang yang telah meninggal dunia. Dan pahalanya akan sampai kepadanya” (Nihayah
Al-Zain, 193)
Ibnu
Taimiyyah mengemukakan beberapa alasan mengenai sampainya hadiah pahala kepada
orang yang telah meninggal dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kitab
Tahqiq Al-Amal, 53-56 :
قال ابن تيمية, من
اعتقد أن الإنسان لاينتفع الا بعمله فقد خرق الإجماع وذلك باطل من وجوه كثيرة
“Ibnu
Taimiyyah berkata, “Barang siapa berkeyakinan bahwa manusia tidak dapat
memperoleh manfaat kecuali dari amalnya sendiri, maka ia telah menentang ijma’.
Hal itu batal karena beberapa hujjah sebagai berikut : Manusia dapat memperoleh
manfaat do’a orang lain, dan ini berarti memperoleh manfaat dari amal orang
lain.
احدها أن الإنسان
ينتفع بدعاء غيره, وهو إنتفاع بعمل الغير
أن الحج المفروض يسقط
عن الميت بحج وليه بنص السنة والإجماع, وهو انتفاع بعمل الغير
Berdasarkan
hadis dan ijma’ ulama, haji fardlu yang menjadi tanggungan mayit dapat gugur
dengan haji yang dilakukan walinya. Keterangan ini menunjukkan bermanfaatnya
amal orang lain.
أن الجار الصالحة ينفع
فى المحيا والممات كماجاء فى الأثر
Tetangga
yang baik dapat memberi manfaat ketika masih hidup atau setelah ia meninggal
dunia seperti dijelaskan dalam atsar.
Dalam
kitab Nailul Author, Al-Syaukani mengutip syarah kitab Al-kanz :
وقال فى شرح الكنز إن
للإنسان ان يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان او صوما او حجا او صدقة او قراءة قرأن
او غير ذلك من جميع انواع البر ويصل ذلك الى الميت وينفعه عند أهل السنة
“Dalam
syarah kitab Al-Kanz disebutkan bahwa seorang boleh menghadiahkan pahala
perbuatan baik yang ia kerjakan kepada orang lain, baik berupa sholat, puasa,
haji, shodaqoh, bacaan Al-Qur’an atau semua bentuk perbuatan baik lainnya, dan
pahala perbuatan tersebut sampai kepada mayit dan memberi manfaat kepada mayit
tersebut menurut ulama’ Ahlussunnah. (Nail Al-Author, Juz IV hal 142)
Setelah
menjelaskan bahwa seluruh ulama’ telah sepakat tentang sampainya pahala bacaan
Al-Qur’an atau dzikir lainnya kepada mayit, Sayyid Alawi Al-Maliki, salah
seorang guru besar di masjid Al-Haram pada zamannya berkata:
فان زعم احد انها حرام
فقولوا له اين تحريمها فى كتاب الله او فى سنة رسول الله ص م واتلوا عليه
"ولاتقولوا لما تصف السنتكم الكذب هذا حلال وهذا حرام لتفتروا على الله الكذب
ان الذين يفترون على الله الكذب لا يفلحون" وقولوا له ايضا ان زعمت انك مجتهد
فليس اجتهادك اولى بالصواب من قول هؤلاء الأئمة الذين حكينا عنهم الإباحة مع ما
يعضدهم من أذلة السنة النبوية, وان كنت مقلدا سقط الكلام معك والسلام
“Kalau
ada orang menyangka bahwa hal tersebut (menghadiahkan pahala kepada orang mati)
hukumnya haram, maka tanyakanlah kepadanya, “pada bagian manakah di dalam
Al-Qur’an atau Hadits yang mengharamkan hal tersebut ?” kemudian bacalah ayat
yang artinya “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut
oleh lidahmu secara dusta” ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah SWT tiadalah beruntung”.(QS Al-Nahl, 116). Katakan
juga kepadanya, “Kalau memang anda merasa sebagai seorang mujtahid, maka
ijtihad anda tidak lebih benar dari ijtihad para Imam yang disebut di atas,
yang berpendapat boleh menghadiahkan pahala kepada orang lain berdasarkan dalil
yang kuat dari hadits SAW. Namun jika anda masih dalam tingkatan muqallid, maka
selesailah diskusi ini dengan anda” (Faidlu Al-Khabir, 178)
Kemudian
yang dimaksud dengan pendapat yang masyhur dari Imam Syafi’i RA tentang tidak
sampainya bacaan Al-Qur’an kepada orang mati. Seperti yang dikatakan Muhammad
Ahmad Abdissalam :
والمشهور من مذهب
الشافعي وجماعة من أصحابه أنه لايصل الى الميت ثواب قراءة القرأن
“Menurut
pendapat yang “Masyhur” dari madzhab Syafi’I, serta segolongan dari Ashab
Al-Syafi’I (pengikut madzhab Syafi’i), bahwa pahala membaca Al-Qur'an tidak
sampai kepada mayit” (Hukmu Al-Qira’ah li Al-Amwat, 18-19) Di kalangan
Syafi’iyyah dalam menyimpulkan pendapat Imam Syafi’I ada beberapa istilah.
Seperti Al-Shahih, Al-Azhhar, Al-Masyhur, Al-Rajih dan lain sebagainya, yang
definisi istilah-istilah tersebut bisa dilihat pada kitab-kitab fiqih
Syafi’iyyah. Sedangkan maksud pendapat Al-Masyhur dalam persoalan ini adalah
apabila Al-Qur'an tidak dibaca di hadapan mayit dan tidak diniatkan sebagai
hadiah kepada orang yang meninggal dunia tersebut. Salah seorang tokoh
Syafi’iyyah, Syekh Zakaria Al-Anshari Al-Syafi’I menerangkan :
إن مشهور المذهب اي فى
تلاوة القرأن محمول على ما اذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو الثواب له او نواه ولم
يدع
“Sesungguhnya
pendapat yang masyhur (dalam madzhab Imam Syafi’i) mengenai pembacaan
Al-Qur'an, adalah apabila tidak dibaca di hadapan mayit, serta pahalanya tidak
diniatkan sebagai hadiah, atau berniat tetapi tidak didoakan” (Hukm Al-Syari’ah
Al-Islamiyah fi Ma’tam Al-Arba’in, 43)
Hal
tersebut karena Imam Syafi'i RA sendiri berpendapat sunnah membaca Al-Qur'an di
dekat mayit. Imam Syafi'i RA berkata :
ويستحب ان يقرأ عنده
شيئ من القرأن وان ختموا القرأن كله كان حسنا
“Disunnahkan
membaca sebagian ayat Al-Qur'an di dekat mayit, dan lebih baik lagi jika mereka
(pelayat) membaca Al-Qur'an sampai khatam”. (Dalil Al-Falihin Juz VI hal 103)
Dan
banyak riwayat yang menyatakan bahwa Imam Syafi'i RA berziarah ke makam Laits bin
Sa’ad dan membaca Al-Qur'an di makam tersebut.
وقد تواتر أن الشافعي
زار الليث بن سعد وأثني خيرا وقرأ عنده ختمة وقال أرجو أن تدوم فكان الأمر كذلك
“Sudah
popular diketahui oleh orang banyak bahwa Imam Syafi'i pernah berziarah ke
makam Laits bin Sa’ad. Beliau memujinya dan membaca Al-Qur'an sekali hatam di
dekat makamnya. Lalu beliau berkata, “Saya berharap semoga hal ini terus
berlanjut dan senantiasa dilakukan” (Al-Dakhirah Al-Tsaminah, 64)
Berdasarkan
keterangan di atas menjadi jelas bahwa Imam Syafi'i RA juga berkenan
menghadiahkan pahala kepada mayit. Hanya saja harus dibaca di hadapan mayit,
atau di do’akan pada bagian akhirnya kalau mayit tidak ada di tempat membaca
Al-Qur'an
tersebut.
Dengan kehendak Allah SWT pahala bacaan tersebut akan sampai kepada mayit.
(Al-Tajrid Li Naf’I Al-‘Abid Juz III hal 276)
Mengenai
keharusan berdo’a setelah membaca Al-Qur'an atau dzikir (tahlil), bagi Imam
Syafi'i RA itu merupakan satu syarat yang mutlak dilakukan. Sebagaiman
diriwayatkan oleh Rabi’ bahwa Imam Syafi'i RA berkata :
وأما الدعاء : فإن
الله ندب العبادة اليه وامر رسوله ص م به فاذا اجاز ان يدعى للأخ حبا جاز ان يدعى
له ميتا ولحقه أن شاء الله بركة ذلك مع أن الله واسع لأن يوفي الحي اجره ويدخل على
الميت منفعته
“Tentang
do’a maka sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambanya untuk
berdo’a kepada-Nya, bahkan juga memerintahkan kepada Rasul-Nya. Apabila Allah
SWT memperkenankan umat islam berdo’a untuk saudaranya yang masih hidup, maka
tentu diperbolehkan juga berdo’a untuk saudaranya yang telah meninggal dunia.
Dan barokah do’a tersebut insya Allah akan sampai. Sebagimana Allah SWT Maha
Kuasa memberi pahala bagi orang yang hidup, Allah SWT juga Maha Kuasa untuk
memberikan manfaatnya kepada mayit. (Diriwayatkan dari Al-Baihaqi dalam kitab
Manaqib Al-Syafi’i Juz I hal 430)
Di
dalam keterangan lain juga disebutkan : Fathul Mu’in Juz III hal 378 ( Dar
al-Kutub al-Ilmiyah )
أما القراءة فقد قال
النووي فى شرح المسلم : المشهور من مذهب الشافعي أنه لايصل ثوابها الى الميت. وقال
بعض أصحابنا يصل ثوابها للميت بمجرد قصده بها, ولو بعدها, وعليه الأئمة الثلاثة
واختاره كثيرون من أئمتنا, واعتمده السبكي وغيره, فقال : والذي دل عليه الخبر
بالإستنباط أن بعض القرأن اذا قصد به نفع الميت نفعه وبين ذلك, وحمل جمع عدم
الوصول الذي قاله النووي على ما إذا قرأ لابحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته
او نواه ولم يدع. وقد نص الشافعي والأصحاب على ندب قراءة ما تيسر عند الميت
والدعاء عقبها, اي لانه حينئذ ارجى للإجابة, ولأن الميت تناله بركة القراءة :كالحي
الحاضر قال ابن الصلاح : وينبغي الجزم بنفع ( اللهم أوصل ثواب ما قرأته ) اي مثله,
فهو المراد, وان لم يصرح به لفلان, لأنه اذا نفعه الدعاء بما ليس للداعي فما له
اولي. ويجرى هذا فى سائر الأعمال من صلاة وصوم وغيره.
Keterangan
: Imam Syafi'i dan Ashab menjelaskan tentang kesunnahannya membaca Al-Qur'an dihadapan mayit dan
diakhiri dengan do’a, karena dengan begitu kemungkinan besar bacaan dan do’a
kita akan terkabulkan. Serta si mayit memperoleh barokah dari bacaan tersebut.
Bugyah
Al-Musytarsidin hal 97 :
(فائدة) رجل مر بمقبرة
فقرأ الفاتحة واهدى ثوابها لأهلها فهو يقسم او يصل لكل منهم مثل ثوابها كاملا؟
اجاب ابن حجر بقوله افتى جمع بالثانى وهو اللائق بسعة رحمة الله
Keterangan
: Seorang laki-laki berjalan di atas pemakaman
kemudian dia membaca surat Al-Fatihah yang pahalanya dihadiahkan kepada ahli
kubur tersebut, maka menurut fatwa sekelompok ulama, pahala tersebut bisa
sampai kepada ahli kubur.
Ianatut
Thalibin Juz I hal 24 :
وقال المحب الطبري :
يصل للميت كل عبادة تفعل. واجبة او مندوبة وفى شرح المختار لمؤلفه مذهب أهل السنة
إن للإنسان ان يجعل ثواب عمله وصلاته لغيره ويصله.
Keterangan
: Ulama’ Ahli Sunnah beranggapan sampainya pahala dari amal atau ibadah
seseorang yang diperuntukkan untuk ahli kuburnya baik itu ibadah wajib atau
sunnah.
Website
: http://shulfialaydrus.blogspot.co.id/ atau
https://shulfialaydrus.wordpress.com/
Instagram
: @shulfialaydrus
Instagram
Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Twitter
: @shulfialaydrus dan @shulfi
Telegram
: @habibshulfialaydrus
Telegram
Majelis Nuurus Sa'aadah : @majlisnuurussaadah
Pin
BBM : D45BD3BE
Pin
BBM Channel Majelis Ta’lim Nuurus Sa’aadah : C003BF865
Facebook
: https://www.facebook.com/habibshulfialaydrus/
Group
Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/
Donasi
atau infak atau sedekah.
Bank
BRI Cab. JKT Joglo.
Atas
Nama : Muhamad Shulfi.
No.Rek
: 0396-01-011361-50-5.
Penulis
: Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom.
محمد
سلفى بن أبو نوار العيدروس
Komentar
Posting Komentar