Menggapai Lailatul Qadar.



Menggapai Lailatul Qadar. 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِوَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍتَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍسَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an pada malam qadar (kemuliaan)). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhannya. Malam  itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (QS. Al Qadr (97) : 1-5)

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada suatu malam  yang diberkahi". (QS. Ad Dukhaan (44) : 3)

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan lailatul qodar (dengan ibadah) karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (HR. Bukhori No.34, 36, 1875, 1768, Muslim No.1269, At Tirmidzi No.619 Abudaud No.1165,  An Nasa’i No.2177)

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Abu Suhail dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan". (HR. Bukhori No.1878, 1880, Muslim No.1989, 1990, 1991, 1998, At Tirmidzi No.722, Abudaud No.1173, 1175, Ibnumajah No.1756,  Ahmad No.5275, 19879, 19896, 23306)

حَدَّثَنَا شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الَّذِي كَانَ يَكُونُ فِي بَنِي دَالَانَ يَزِيدُ الْوَاسِطِيُّ عَنْ طَلْقِ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي عَقْرَبٍ الْأَسَدِيِّ قَالَ أَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَوَجَدْتُهُ عَلَى إِنْجَازٍ لَهُ يَعْنِي سَطْحًا فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَصَعِدْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا لَكَ قُلْتَ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبَّأَنَا أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي النِّصْفِ مِنْ السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ وَإِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ صَبِيحَتَهَا لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ قَالَ فَصَعِدْتُ فَنَظَرْتُ إِلَيْهَا فَقُلْتُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Telah menceritakan kepada kami Syuja' bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Abu Khalid yang dikenal di kalangan banu Dalan dengan Yazid Al Wasithi dari Thalq bin Habib dari Abu 'Aqrab Al Asadi ia berkata, "Aku menemui Ibnu Mas'ud yang saat itu aku dapati ia berada di hasil buminya - tempat pengeringan kurma-. Aku mm dia mengatakan, 'Maha benar Allah dan Rasul-Nya'. Aku lalu naik dan mendekat ke tempat ia berada, aku lalu tanyakan kepadanya, 'Wahai Abu 'Abdurrahman, ada apa? Engkau katakan 'Maha benar Allah dan Rasul-Nya'? Ibnu Mas'ud lalu menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa malam lailatul qadar pada pertengahan tujuh hari terakhir, sebagai tandanya matahari akan muncul di pagi hari dengan tidak membawa sinar." Ibnu Mas'ud melanjutkan, "Aku lalu naik untuk melihat dan melihatnya, lalu aku katakan, 'Maha benar Allah dan Rasulk-Nya'." (HR. Ahmad No.4143)

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَجَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ وَجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَابْنِ عُمَرَ وَالْفَلَتَانِ بْنِ عَاصِمٍ وَأَنَسٍ وَأَبِي سَعِيدٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ وَأَبِي بَكْرَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَبِلَالٍ وَعُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَوْلُهَا يُجَاوِرُ يَعْنِي يَعْتَكِفُ وَأَكْثَرُ الرِّوَايَاتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ وَرُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَلَيْلَةُ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ وَخَمْسٍ وَعِشْرِينَ وَسَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَتِسْعٍ وَعِشْرِينَ وَآخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى قَالَ الشَّافِعِيُّ كَأَنَّ هَذَا عِنْدِي وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُجِيبُ عَلَى نَحْوِ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يُقَالُ لَهُ نَلْتَمِسُهَا فِي لَيْلَةِ كَذَا فَيَقُولُ الْتَمِسُوهَا فِي لَيْلَةِ كَذَا قَالَ الشَّافِعِيُّ وَأَقْوَى الرِّوَايَاتِ عِنْدِي فِيهَا لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَنَّهُ كَانَ يَحْلِفُ أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَيَقُولُ أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَلَامَتِهَا فَعَدَدْنَا وَحَفِظْنَا وَرُوِيَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ أَنَّهُ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ تَنْتَقِلُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ أَيُوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ بِهَذَا

Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ishaq Al Hamdani telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari Hisyam bin 'Urwah dari Ayahnya dari 'Aisyah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa ber'itikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadlan dan beliau bersabda: 'Raihlah malam lailatul Qodar pada sepuluh hari terakhir'." Hadits semakna diriwayatkan dari Umar, Ubay bin Ka'ab, Jabir bin Samurah, Jabir bin Abdullah, Ibnu Umar, Al Falatan bin 'Ashim, Anas, Abu Sa'id, Abdullah bin Unais, Abu Bakrah, Ibnu Abbas, Bilal, dan Ubadah bin Shamit. Abu 'Isa berkata; "Hadits 'Aisyah merupakan hadits hasan shahih, dan arti dari perkataan berliau "yujawiru" yaitu ber'itikaf. Kebanyakan riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam hal memakai lafazh: "Raihlah Lailatul Qodar pada sepuluh malam terakhir di malam yang ganjil". Diriwayatkan juga dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa lailatul qodar diraih pada malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh dan dua puluh sembilan serta malam terakhir bulan Ramadlan. Abu 'Isa berkata; "Syafi'i berkata; 'Itu hanya pendapatku. Allah lebih tahu. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab pertanyaan kami seperti yang sebelumnya. Beliau akan menjawab sebagaimana yang pertama. Ditanyakan kepada beliau, yang bisa mencarinya pada malam yang demikian". Lalu beliau kabarkan: "Carilah pada malam yang sekian…". Syafi'i berkata; riwayat yang paling kuat menurutku ialah riwayat malam ke dua puluh satu." Abu 'Isa berkata; "Diriwayatkan juga dari Ubay bin Ka'ab. Dia bersumpah bahwa lailatul Qodar diraih pada malam ke dua puluh tujuh. Dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabari kami tanda-tandanya lalu kami hapalkan." Diriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa beliau berkata; "Malam lailatul qodar itu berpindah-pindah pada sepuluh hari terakhir." Telah menceritakan kepadaku Abdu bin Humaid telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq dari Ma'mar dari Ayyub dari Abu Qilabah. (HR. At Tirmidzi No.722)

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ أَنَّ نَافِعًا أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahab dari Yunus bahwa Nafi' mengabarkannya dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua berkata: " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan". (HR. Bukhori No.1885, Muslim No.2005, At Tirmidzi No.720, Ibnumajah No.1763, Abudaud No.2106, 2109, Ahmad No.5896)

وعنْ عائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : إِذا دَخَلَ العَشْرُ الأَوَاخِرُ مِنْ رمَضَانَ ، أَحْيا اللَّيْلَ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَه ، وجَدَّ وَشَدَّ المِئزرَ.  متفقٌ عليه

Dari 'Aisyah ra., ia berkata:"Rasulullah Saww. apabila telah masuk pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, beliau selalu beribadah pada waktu malam serta membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh ibadah dan mengikatkan sarungnya (tidak bersetubuh dengan istrinya)". (HR.Bukhari dan Muslim)

وعنْ عائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَجْتَهِدُ فِي رَمضانَ مَالا يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ ، وفي العَشْرِ الأَوَاخِرِ منْه ، مَالا يَجْتَهدُ في غَيْرِهِ.  رواهُ مسلمٌ

Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, berkata: "Rasulullah saww. sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan, tidak seperti pada bulan-bulan yang lain, dan pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau saww. semakin bersungguh-sungguh dalam beribadah tidak seperti pada malam-malam yang lain (dihari Ramadhan)." (Riwayat Muslim)

Kapankah atau tepatnya Malam Qadar (Lailatul Qadar) itu ?

Menurut pendapat yang masyhur tentang malam Al-qadar dengan mengutip keterangan dari Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Abbas dan kebanyakan pendapat ulama', adalah jatuh pada malam yang keduapuluh tujuh, dengan mengambil dalil dari sabda Nabi Saww.:"Iltamisuu lailatal qadri fii sab-in wa isyriina khalat min syahri ramadhaana. "Carilah malam Al-Qadar pada malam keduapuluh tujuh yang telah berlalu  dari bulan Ramadhan". Yaitu malam yang pada waktu pagi cuacanya sangat cerah, dan yang dengan cuaca itu Allah telah menjayakan agama Islam dan menurunkan Malaikat untuk memberikan pertolongan kepada Kaum Muslimin.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي عَبْدَةُ عَنْ زِرٍّ قَالَ سَمِعْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ يَقُولُا وَقِيلَ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran Ar Razi telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim Telah menceritakan kepada kami Al Auza'i telah menceritakan kepadaku Abdah dari Zirr ia berkata, saya mendengar Ubay bin Ka'ab berkata, dan telah dikatakan kepadanya bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata, "Siapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan menemui malam Lailatul Qadr." Ubay berkata, "Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu terdapat dalam bulan Ramadlan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadr itu adalah malam, dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot." (HR. Muslim No.1272)

و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا

Dan telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb - Zuhair berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari bapaknya radliallahu 'anhu, ia berkata; Seorang bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada malam kedua puluh tujuh bulan Ramadlan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku bermimpi seperti mimipimu, yaitu pada sepuluh malam yang akhir. Karena itu, carilah ia pada malam-malam yang ganjil." (HR. Muslim No.1987, 1999, 2000)

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّهُ سَمِعَ مُطَرِّفًا عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz telah menceritakan kepada kami ayahku telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Qatadah bahwa dia mendengar Muttharif dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengenai lailatul qadr, beliau bersabda: "Lailatul qadr adalah malam ke dua puluh tujuh." (HR.Abudaud No.1178, Ahmad No.6185)

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدَةَ بْنِ أَبِي لُبَابَةَ وَعَاصِمٍ هُوَ ابْنُ بَهْدَلَةَ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ وَزِرُّ بْنُ حُبَيْشٍ يُكْنَى أَبَا مَرْيَمَ يَقُولُ قُلْتُ لِأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ إِنَّ أَخَاكَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ يَغْفِرُ اللَّهُ لِأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَقَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلَكِنَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ قَالَ قُلْتُ لَهُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ بِالْعَلَامَةِ أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdah bin Abu Lubabah serta 'Ashim yaitu Ibnu Bahdalah mereka telah mendengar Zirrb Hubaisy yang diberi kunya Abu Maryam, ia berkata; saya berkata kepada Ubai bin Ka'ab saudaramu yaitu Abdullah bin Mas'ud berkata; barang siapa yang melakukan shalat satu tahun maka ia mendapatkan lailatul qadar. Kemudian Ubai berkata; semoga Allah merahmati Abu Abdur Rahman; sungguh ia telah mengetahui bahwa lailatul qadar itu ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu malam ke tujuh puluh dua, akan tetapi ia ingin agar orang-orang tidak berbergantung kepadanya. Kemudian ia bersumpah dan tidak mengucapkan insya Allah, bahwa malam tersebut adalah malam kedua puluh tujuh. Zirr berkata; aku katakan kepadanya; berdasarkan apakah engkau mengatakan hal tersebut wahai Abu Al Mundzir? Ia berkata; dengan tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atau dengan tanda bahwa matahari terbit pada hari itu tidak memiliki sinar. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih. (HR.At Tirmidzi No.3274)

Keterangan diatas dikuatkan lagi oleh sebuah riwayat yang menceritakan bahwa Utsman bin Al-'Ash mempunyai pembantu kecil yang berkata padanya:"Wahai tuan, sesungguhnya aku mendapatkan air laut rasanya tawar pada suatu malam Ramadhan". Utsman bin Al-'Ash berkata:"Apabila hal itu terjadi lagi di suatu malam, maka hendaklah kamu memberitahukan kepadaku". Lalu dia memberitahukan  kepadanya, ternyata malam itu adalah malam keduapuluh tujuh dari bulan Ramadhan.

Keterangan diatas masih dikuatkan lagi oleh penganalisaan sebagian ulama', yakni bahwa jumlah kalimat yang ada pada surat Al-Qadar adalah tigapuluh kalimat, sejumlah hari pada bulan Ramadhan. Demikian pula lafazh hiya (malam itu) dari kalimat salamun hiya, merupakan bagian kesempurnaan ayat yang keduapuluh tujuh. Dan kalimat yang menunjukkan malam Al-Qadar, pembacaannya adalah dengan diucapkan sekaligus, sekalipun kalimat-kalimat dalam surat Al-Qadar itu mengandung banyak kalimat seperti anzalnahu. Menurut analisa yang lain disebutkan, bahwa huruf yang menunjukkan nama lailatu'l Qadr ada sembilan huruf yaitu: Lam, Ya, Lam, Ta, Hamzah (Alif), Lam, Qaf, Dal, dan Ra. Dan Kalimat Lailatu'l-Qadri dalam surat Al-Qadar diulang sampai tiga kali, jadi 9x3=27.

Menurut pendapat lain yang dikutip dari keterangan sebagian ahli kasyaf menjelaskan, bahwa malam Al-Qadar itu jatuh pada hari yang bertepatan dengan awal bulan Ramadhan (pada sepuluh terakhir), Hanya saja, pendapat ini tidak dilandasi dengan pegangan apapun, sehingga dimungkinkan pendapat itu tidak terarah.

Menurut analisa Syaikh Ahmad Zaruq dan lainnya dijelaskan, bahwasanya malam Al Qadar itu tidak terlepas dari malam Jum'at pada tanggal-tanggal yang gasal/ganjil dari malam-malam yang akhir bulan Ramadhan. Analisa seperti ini juga dikutip dari keterangan Ibnu'l-'Arabi.

Didalam kitab tafsir Imam Al-Khatib dikemukakan suatu ketentuan tentang malam Al Qadar, dengan mengutip penjelasan dari Syaikh Abu'l Hasan Asy-Syadzali, Bahwasanya:

1. Jika awal Ramadhan pada hari Ahad, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh sembilan.
2. Jika awal Ramadhan pada hari Senin, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh Satu. kemudian perhitungan seterusnya dilakukan dengan naik dan turun menurut harinya.
3. Jika awal Ramadhan pada hari Selasa, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh tujuh.
4. Jika awal Ramadhan pada hari Rabu, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal sembilanbelas.
5. Jika awal Ramadhan pada hari Kamis, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh lima.
6. Jika awal Ramadhan pada hari Jum'at, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal tujuhbelas.
7. Jika awal Ramadhan pada hari Sabtu, maka malam Al-Qadar jatuh pada tanggal duapuluh tiga.  (di dalam Kitab At-Tuhfa Al-Mardhiyyah)

Apa yang harus kita lakukan pada malam Qadar (Laitul Qadar) itu ?

Kita memperbanyak shalat, berdoa, memperbanyak memohon ampun (istigfar) kepada Allah, dzikir atau shalawat kepada Nabi Muhammad Saww. pada malam tersebut.

وعنْ عائِشَةَ رَضِيَ اللَّه عنْهَا ، قَالَتْ : قُلْتُ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِن عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ ما أَقُولُ فيها ؟ قَالَ : قُولي : اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العفْوَ فاعْفُ عنِّي  رواهُ التِرْمذيُّ وقال : حديثٌ حسنٌ صحيحٌ

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu, seandainya saya mengetahui pada malam itu adalah lailatul-qadri, apakah yang harus saya baca/ucapkan pada malam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ucapkanah/bacalah: ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, gemar memberikan pengampunan, maka ampuniiah saya). “ (HR. At Termidzi No.3435 dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih, Ibnumajah No.3840, Ahmad No.24215).

Wallahu a'lam bishawab..

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar bin Ahmad Al 'Aydrus.

Alfaqir ijazahkan amalan-amalan tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya.. :)

محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

http://shulfialaydrus.wordpress.com/
http://shulfialaydrus.blogspot.com/

Komentar

  1. qobiltu, saya terima amalan doanya dengan sempurna semoga berkah bagi saya dan yang lainnya. aamiin ...

    BalasHapus
  2. Qobiltu, semoga bisa mengamalkan.
    Bagaimana kita bisa merasakan kehadiran malam Lailatul Qadar itu pada diri kita, Bib?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalawat ‘Azhimiyyah (As Sayyid Ahmad bin Idris (Tarekat Idrisiyyah)).

Ratib Al Akbar.

Perbendaharaan Langit dan Bumi